Langsung ke konten utama

Unggulan

Punya Anak

Well, meskipun aku (merasa) sudah siap untuk punya anak bahkan sejak sebelum menikah, agaknya gamang juga ketika sekarang sedang mengandung janin 9 minggu. Sampai beberapa hari yang lalu. Aku nangis sesegukan karena teringat sama salah satu jama'ah masjid yang sekarang hidup sendiri pasca suaminya meninggal dunia dan mereka tidak memiliki anak. Walau tetap Allah jua lah yang menakdirkan kita diamanahkan anak atau tidak, tapi perasaanku melihat para janda yang tinggal seorang diri ini jadi kalut. Pasti sepi. Sendiri. Butuh teman. Aku yang juga dulu pernah punya tetangga dekat yang sama persis kondisinya dengan si ibu. Jadi, tahu persis bagaimana keseharian mereka. Sejak saat itu, aku sadar bahwa punya anak itu karunia yang sangat besar dari Allah. Pantaslah memang anak ini disebut sebagai qurrata a'yun (penyejuk mata) bagi orang tuanya. Investasi akhirat. Setidaknya, ada yang bisa dihubungi kalau kita kesepian di masa tua nanti. Makin degdegan menuju HPL 27 Oktober

Sharing Struggle


Sejak jadi member FIM, nggak kehitung udah berapa kali menyelenggarakan Gathering Alumni-Pengurus-Relawan. Sampai akhirnya kemarin, sebelum Gathering Mei 2023, aku bilang ke pengurus,

"Di gathering terakhir (2022), aku ngerasa vibes gathering itu nggak begitu terasa. Nggak kayak di awal-awal dulu. Mungkin karena lokasi, suasana, dan konsep yang sama kali ya. Coba di gathering tahun ini kita bikin beda."

Akhirnya, diputuskan lokasinya beda. Konsepnya juga beda. Aku saranin lokasinya di sebuah villa yang harganya masih terjangkau, peralatan lumayan lengkap, ada lapangan berumput, dan bisa trekking ke air terjun.

Konsep acara dibikin jadi lebih fresh, nggak harus semuanya kebagian panggung, dan serangkaian printilan yang menguatkan bonding. Ini gawean pengurus lah yang lebih paham target agendanya buat apa.

Games juga diampu oleh Bukunang (aku, Ozik, Fitra) yang baru briefing soal games H-2. Wkwk.

Overall, kegiatan gathering kemaren berjalan lancar dan berkesan. Bahkan, mostly peserta sampai males buka smartphone karena sibuk dengan agenda acara. Ini gathering pertama yang bikin peserta jadi lebih menikmati dunia nyata.

Tapi, kalau dipikir, ada beberapa unsur yang bikin semua hal itu bisa tercapai, yaitu:

Sharing Struggle
Kalau kata penelitian, berbagi struggle dengan orang lain akan membuat bonding kita semakin kuat. Sharing struggle di gathering, dimulai dengan perjuangan naik bus bareng, cerita kisah hidup yang pahit di sesi Heart to Heart, Tentang Kita, dan games yang seru. Lalu puncaknya, trekking bareng menjelajah hutan buat sampai ke air terjun.

Memfasilitasi Semua Bahasa Cinta
As we know, ada 5 bahasa cinta yang populer: quality time, act of service, word of affirmation, receiving gift, dan physically touch. Dan gathering ini memfasilitasi semuanya. Sehingga, setiap orang dipenuhi bahasa cintanya.

Mulai dari quality time dihabiskan dengan ngumpul dan beraktivitas bareng.

Act of service diimplementasikan dengan pelayanan oleh panitia. Dijemput dan dimasakin adalah bentuk pelayanan yang nggak bisa dianggap remeh.

Word of Affirmation dituangkan dalam sesi Surat Cintaku (1 orang nulis surat cinta untuk 1 orang lainnya).

Receiving Gift tentunya diisi oleh sesi tukaran kado secara random. Kita biasanya mendapatkan apa yang kita butuhkan.

Physically touch didapat dari sesi penutup Heart to Heart dan penutupan gathering. Pelukan yang menguatkan.

Apresiasi yang tinggi buat semua pihak yang terlibat. Next time, kita bikin lagi konsep yang lebih keren. 😄



Salam,
Ida M

Komentar

Posting Komentar

jangan sungkan untuk berkomentar ya :)

Postingan Populer