Langsung ke konten utama

Unggulan

Punya Anak

Well, meskipun aku (merasa) sudah siap untuk punya anak bahkan sejak sebelum menikah, agaknya gamang juga ketika sekarang sedang mengandung janin 9 minggu. Sampai beberapa hari yang lalu. Aku nangis sesegukan karena teringat sama salah satu jama'ah masjid yang sekarang hidup sendiri pasca suaminya meninggal dunia dan mereka tidak memiliki anak. Walau tetap Allah jua lah yang menakdirkan kita diamanahkan anak atau tidak, tapi perasaanku melihat para janda yang tinggal seorang diri ini jadi kalut. Pasti sepi. Sendiri. Butuh teman. Aku yang juga dulu pernah punya tetangga dekat yang sama persis kondisinya dengan si ibu. Jadi, tahu persis bagaimana keseharian mereka. Sejak saat itu, aku sadar bahwa punya anak itu karunia yang sangat besar dari Allah. Pantaslah memang anak ini disebut sebagai qurrata a'yun (penyejuk mata) bagi orang tuanya. Investasi akhirat. Setidaknya, ada yang bisa dihubungi kalau kita kesepian di masa tua nanti. Makin degdegan menuju HPL 27 Oktober

Perjalanan Mewujudkan Mimpi: Indonesia Masters 2023


Sejak SD, aku suka nonton pertandingan bulu tangkis di TV. Sejak itu juga, sering main bulu tangkis sama keluarga. Sampai akhirnya ketika SMA, aku nulis 100 mimpi dan salah satunya adalah "nonton turnamen bulu tangkis internasional di istora".

Siapa sangka, lebih dari 10 tahun kemudian, mimpi itu ternyata bisa terwujud. Dan ini adalah recap dari perjalanan mewujudkannya.

--

Agustus 2022
Entah angin apa yang membawa, aku tiba-tiba di grup bilang kalau aku pengen nonton turnamen badminton internasional secara langsung. Dan ternyata, 2 temen di grup itu menyambut baik dan akhirnya kita berencana nonton bareng turnamen Indonesia Masters atau Indonesia Open. Setelah menimbang jadwal dan budget, akhirnya kita mutusin untuk nonton Indonesia Masters tahun 2023.

Sembari ngumpulin duit dan nunggu tiket dijual, kita bikin itenerary-nya lengkap. Mau nonton berapa hari, mau jalan kemana aja, nginep dimana, berapa budget-nya, dan kapan aja tanggal deadline-nya.

Bagi orang-orang yang tinggal jauh dari ibu kota, apalagi aku yang di Medan, perjalanan buat "ngistora" ini memang butuh perjuangan lebih. Bayangin aja. Budget yang dikeluarin bukan cuma tiket nonton, tapi juga tiket pesawat PP, biaya penginapan, biaya transportasi, biaya makan selama perjalanan, juga oleh-oleh.

Untuk menghemat budget penginapan, aku hubungi teman di Jakarta. Alhamdulillah, kosan doi bisa ditumpangi selama beberapa hari.

Desember 2022
Long story short, setelah menunggu berbulan-bulan, akhirnya di Desember 2022 tiket pre-sale Daihatsu Indonesia Masters dibuka. Setelah ikut "war" dan berebut tiket pre-sale, akhirnya kita milih tiket Final VIP seharga Rp880.000.

Tiket nonton udah dalam genggaman. Tinggal mikirin tiket pesawat PP. Satu atau dua pekan kemudian, kita beli tiket pesawat pergi dari Medan ke Jakarta. Pulangnya rencananya mau dari Bandung, tapi tiketnya belum dipesan.

Januari 2023
Lucunya, setelah tiket nonton dan pesawat pergi sudah dipesan, aku tiba-tiba galau. Galau karena bingung mau ambil cuti atau nggak. Galau mau ke Bandung atau nggak. Sulit untuk dijelasin karena ada beberapa hal yang mengganggu pikiran kala itu. Bahkan, temen-temen sampai bingung juga ngeliat aku yang biasanya tegas jadi tumben setidak pasti itu.

Sampai akhirnya, ketika permintaan cuti sudah di-ACC atasan, aku bisa bernapas lega. Lalu, kami mutusin beli tiket pesawat pulang dengan keberangkatan dari Bandung. Lagi lagi, aku mulai hubungin teman yang di Bandung, minta rekomendasi tempat wisata dan penginapan.

Final Indonesia Masters 2023
Kalau ditanya, kenapa milih Indonesia Masters? Jawabannya adalah karena jadwalnya yang pas. Pas di aku, karena di awal tahun biasanya kantor nggak begitu sibuk dan adik-adik beasiswa lagi liburan jadi nggak ada pembinaan. Harga tiketnya juga lebih murah dari pada Indonesia Open. Ditambah, bukan masa liburan, jadi enak buat sekalian jalan-jalan di perkotaan.

Meskipun hanya super 500 nggak kayak Indonesia Open yang super 1000, tapi animo masyarakat buat nonton Indonesia Masters tetep rame. Di antrian VIP bahkan kami bertemu dengan Kang Maman, penulis banyak buku.


Antrian udah dibuka sejak pagi, sedangkan pintu istora baru dibuka pukul 12.30 WIB. Walau kita VIP atau VVIP, tetap aja ngantrinya lesehan dan nggak ada petugas yang bener-bener ngarahin supaya antriannya rapi dan sesuai.

Ketika ngeliat pemain-pemain bulu tangkis dunia bertanding, rasanya hati itu full banget. Terharu dan semenakjubkan itu. Alhamdulillah, hadza min fadhli rabbi. Sorak-sorai penonton, riuhnya balon tepuk, dan dinginnya AC Istora itu harus diinget bener-bener karena mungkin ini akan jadi pengalaman sekali seumur hidup yang belum tentu akan terulang lagi.


Tapi asli sih. Bener kata orang-orang. Sekali ngistora, pasti bikin nagih. Duh, gimana ini? Apa tiap tahun kudu nabung buat ngistora terus? Wkwk.


--

Kalau itenerary kami diringkas, jadinya seperti ini :

Day 1 (Jum'at sore)
18.45 : Berangkat dari KNO ke CGK

Day 2 (Sabtu)
07.30 : Main ke Taman Ismail Marzuki (perpusnya recommended!) 
10.00 : Main ke Museum Nasional
13.00 : Keliling Monas
15.00 : Neduh di Masjid Istiqlal
17.00 : Liat-liat doang di Senayan Park
21.00 : Makan malam di sekitaran GBK (mampir ke Istora juga)

Day 3 (Ahad)
09.30 : Nonton Indonesia Masters di Istora Senayan
19.30 : Makan malam di fX Sudirman 

Day 4 (Senin)
08.00 : Naik KA dari Gambir ke Bandung
12.00 : Makan di Punclut
14.00 : Jalan kaki keliling Orchid Forest
18.30 : Keliling Braga dan sekitarnya

Day 5 (Selasa)
08.00 : Beli oleh-oleh di Cihampelas
10.30 : Mampir ke Masjid Salman ITB
14.00 : Pulang dari BDO ke KNO

Untuk budgeting, tentu saja budget terbesar itu ada di tranportasi tiket pesawat, KA, dan taksi online yang mengantarkan ke beberapa tempat di Jakarta-Bandung. Walaupun kita sempet naik Trans Jakarta, tapi ternyata setelah dipikir-pikir lebih efektif kalau naik taksi online untuk hemat waktu dan energi.

Alhamdulillah, untuk penginapan di Jakarta, aku pribadi nggak ngeluarin sepeserpun karena selama 3 malam nginep di kosan dokter gigi tercinta (Rahma, I heart you! 💝). Di Bandung, alhamdulillah dikasih nginep gratisan juga di penginapan Imah Curug Asri milik keluarga Teh Fia. Nuhun pisan, Teh Fia dan Kang Rama yang udah repot seharian nemenin 3 bocah Medan keliling Lembang dan Bandung.

Terakhir, thanks a ton buat dua sohib Upin-Ipin (Fauzi dan Fitra), yang sudah rela dirusuhi hidupnya selama setahun belakangan. Makasih juga udah jadi rekan-rekan perjalanan yang menyenangkan walau kadang nyebelin. Ayo kita bikin project-project 'gila' lainnya!


Ya, demikianlah ringkasan perjalanan mewujudkan satu mimpi: nonton turnamen bulu tangkis internasional. Sekarang udah bisa dicoret mimpinya. Saatnya melanjutkan kehidupan mewujudkan mimpi-mimpi lainnya!



Salam Semangat, Readers :)
Ida Mayasari


Komentar

Posting Komentar

jangan sungkan untuk berkomentar ya :)

Postingan Populer