Langsung ke konten utama

Unggulan

Punya Anak

Well, meskipun aku (merasa) sudah siap untuk punya anak bahkan sejak sebelum menikah, agaknya gamang juga ketika sekarang sedang mengandung janin 9 minggu. Sampai beberapa hari yang lalu. Aku nangis sesegukan karena teringat sama salah satu jama'ah masjid yang sekarang hidup sendiri pasca suaminya meninggal dunia dan mereka tidak memiliki anak. Walau tetap Allah jua lah yang menakdirkan kita diamanahkan anak atau tidak, tapi perasaanku melihat para janda yang tinggal seorang diri ini jadi kalut. Pasti sepi. Sendiri. Butuh teman. Aku yang juga dulu pernah punya tetangga dekat yang sama persis kondisinya dengan si ibu. Jadi, tahu persis bagaimana keseharian mereka. Sejak saat itu, aku sadar bahwa punya anak itu karunia yang sangat besar dari Allah. Pantaslah memang anak ini disebut sebagai qurrata a'yun (penyejuk mata) bagi orang tuanya. Investasi akhirat. Setidaknya, ada yang bisa dihubungi kalau kita kesepian di masa tua nanti. Makin degdegan menuju HPL 27 Oktober

Ruang Santai

Nggak terasa, sudah 10 tahun saya main blog. Selama itu pula, saya mendapatkan sebuah ketenangan di blog ini. Meski banyak pula sosial media yang silih datang dan berganti, blog selalu memberikan kenyamanan tersendiri untuk saya pribadi.

Blog ini bagi saya, ibarat ruang santai dalam sebuah rumah. Sebuah ruang yang teduh, terang karena cahaya matahari, dan sunyi.


Kalau di sosial media lain, saya berusaha sebagus mungkin merangkai setiap kata, di sini justru sebaliknya. Blog menjadikan saya lebih bebas menjadi diri sendiri. Sebab saya tak peduli, apakah ada yang membaca blog ini atau tidak.

Selain itu, engagement sejenis like di sosmed, membuat saya jadi haus apresiasi. Ditambah nominal penyuka dan komentator, seperti jadi candu yang seolah harus ada dalam setiap postingan di sana.

Berbeda dengan di blog. Saya tidak peduli, apakah view-nya sudah ratusan atau bahkan nol. Apakah ada yang berkomentar atau tidak.

Maka, untuk lebih mengetahui jalan pikiran seseorang, coba bacalah isi blognya. Di situ lah, dia berkata lebih jujur. Tentang kegelisahan hatinya, pikiran yang mengusiknya, dan hal-hal yang selama ini mungkin sengaja tak ia tampakkan di sosial media lainnya.

Walaupun begitu, blog bukan indikator utama untuk mengenali seseorang. Ia akan tetap penuh dengan kejutan baru, bahkan hingga kau hidup dengannya selama bertahun-tahun.

Sebab, hanya dia dan Tuhannya yang paling tahu inti dari dirinya sendiri. Orang-orang di sekitarnya hanya sedang mencoba peruntungan menjadi penebak yang ulung.

Selamat 10 tahun Kontemplasida. Teruslah ada dan memberi faedah. :)

Komentar

Posting Komentar

jangan sungkan untuk berkomentar ya :)

Postingan Populer