Langsung ke konten utama

Unggulan

Punya Anak

Well, meskipun aku (merasa) sudah siap untuk punya anak bahkan sejak sebelum menikah, agaknya gamang juga ketika sekarang sedang mengandung janin 9 minggu. Sampai beberapa hari yang lalu. Aku nangis sesegukan karena teringat sama salah satu jama'ah masjid yang sekarang hidup sendiri pasca suaminya meninggal dunia dan mereka tidak memiliki anak. Walau tetap Allah jua lah yang menakdirkan kita diamanahkan anak atau tidak, tapi perasaanku melihat para janda yang tinggal seorang diri ini jadi kalut. Pasti sepi. Sendiri. Butuh teman. Aku yang juga dulu pernah punya tetangga dekat yang sama persis kondisinya dengan si ibu. Jadi, tahu persis bagaimana keseharian mereka. Sejak saat itu, aku sadar bahwa punya anak itu karunia yang sangat besar dari Allah. Pantaslah memang anak ini disebut sebagai qurrata a'yun (penyejuk mata) bagi orang tuanya. Investasi akhirat. Setidaknya, ada yang bisa dihubungi kalau kita kesepian di masa tua nanti. Makin degdegan menuju HPL 27 Oktober

Jurnal 6 - Radio dan Doa

Belakangan, anak Generasi Cakrawala FIM Sumut lagi gandrung dengerin radio yang saya buat secara iseng beberapa bulan yang lalu. Ga tau kenapa ya, waktu itu coba-coba aja buat radio dari caster.fm dan aplikasi desktop Mixxx. Setting awalnya agak ribet memang, tapi setelah itu penggunaannya mudah kok.
Saya selalu yakin, bahwa software apapun itu pasti bisa kita gunakan. Karena, sebelum dirilis, si pembuat pasti sudah menerapkan semua aspek human-computer interaction.
Penting banget apa sampe dibuat quote gitu? Wkwk.

tampilan radio FIM Sumut

Ada hal unik yang saya perhatikan sebagai seorang penyiar (ceile, penyiar~). Btw, please jangan banyangin saya ngobrolnya asix kayak penyiar di radio beneran ya. Saya cuma muterin lagu request-an dan bicara sepatah dua patah kata kalau lagi pengen. Kadang saya sama sekali nggak ngobrol.

Nah, back to topic.

Hal uniknya adalah ternyata manusia itu suka kejutan dan mau bersabar mengunggu datangnya kejutan itu. Ngomong apa sih, Da? Oke, gini.

Bayangin ya, kamu request lagu yang kamu suka nih ke penyiar. Yang request kan banyak ya, nggak cuma kita sendiri. Tapi karena request-annya udah dibaca nih sama penyiar, kita jadi ngerasa oke deh, aman. udah dibaca sama penyiar. tinggal nunggu aja lagunya diputer.

Sebenernya, kita belum dapet kepastian apakah itu lagu akan diputer atau nggak. Bisa aja penyiarnya lupa karena nyelip request-nya. Atau penyiarnya males muter lagunya karena menurutnya kurang enak. Atau alasan lain yang kita nggak tau.

Tapi, di tengah ketidakpastian itu, apa yang pendengar radio lakukan?
Terus mendengarkan, sampai request lagunya diputer.
Ya, kan?

Itu ngebuktiin kalau kita tuh suka kejutan karena kita nggak tau kapan lagunya diputer. Tau-tau waktu kita lagi boker atau udah hampir terbobo syantiq, eh lagu request-an kita diputer dong. Dan kita seneng. Ya, ternyata bahagia tuh sesederhana diputer lagu yang kita minta.

Lagu yang diputer itu, kayak kejutan yang kita kasih dari kita, buat diri kita sendiri. Kita udah tau hadiahnya apa. Kita minta orang lain kasih ke kita. Tapi, kita nggak tau kapan dikasihnya. Eh, tau-tau di saat yang nggak terduga-duga, dikasih dong. Seneng kan?

Kalo dianalogiin nih....

Kita gitu juga kali kalau punya do'a atau permintaan sama Allah. Kita udah tahu nih, kita pengennya apa. Kita do'a deh. Kita serahin aja semuanya ke Allah. Kita nggak tau apakah Allah bakal kabulin permintaan kita kapan. Kan antriannya banyak ya. Wajar kalau nunggunya lama. Pokoknya kita yakin, pasti ntar bakal dikabulin. Di tengah ketidakpastian itu, apa yang kita lakukan?
Terus berdo'a, sampai do'anya dikabulkan.
Ya, kan? Udah iya aja, ngaku.

Sampai ketika Allah nggak ngasih yang kita minta, karena mungkin masih disimpen waktunya... Apakah setelah itu kita berhenti request? Tentu tidak, bukan?

Tiap hari kita bisa request hal yang sama. Bahkan, kadang sampe berlinangan air mata. Besoknya, kita punya request baru. Besoknya ada lagi yang baru.

Apakah Allah, jadi bosen?

Nggak, sama sekali. Doi justru seneng karena sering di-request-in sama kita. Apalagi kalau request-nya di sepertiga malam.

Yang penting, kita nggak lupa berterima kasih sama Sang Penyiar yang udah mau dengerin dan kabulin request kita. Karena katanya, kalau kita bersyukur, nikmat-Nya akan ditambah. Asix banget ga tuh?


Ida Mayasari

Komentar

  1. Nangkap hikmah itu pake apasih kak?
    Terharu banget baca tulisan nya. Penyiar sama pendengar radio hmmm. Mungkin dari 10 orang yang ngelakuin aktifitas ini cuma 1 orang yang bisa nangkep hikmah yang beginian, atau bisa jadi nggak ada.

    Makasih tulisan nya kak idaa

    BalasHapus
  2. Adaaa aja caranya nangkep² ibrah ya.. good. Syukaaa.


    Jleb jleb,, pas gitu sasaran nya.

    BalasHapus

Posting Komentar

jangan sungkan untuk berkomentar ya :)

Postingan Populer