Langsung ke konten utama

Unggulan

Punya Anak

Well, meskipun aku (merasa) sudah siap untuk punya anak bahkan sejak sebelum menikah, agaknya gamang juga ketika sekarang sedang mengandung janin 9 minggu. Sampai beberapa hari yang lalu. Aku nangis sesegukan karena teringat sama salah satu jama'ah masjid yang sekarang hidup sendiri pasca suaminya meninggal dunia dan mereka tidak memiliki anak. Walau tetap Allah jua lah yang menakdirkan kita diamanahkan anak atau tidak, tapi perasaanku melihat para janda yang tinggal seorang diri ini jadi kalut. Pasti sepi. Sendiri. Butuh teman. Aku yang juga dulu pernah punya tetangga dekat yang sama persis kondisinya dengan si ibu. Jadi, tahu persis bagaimana keseharian mereka. Sejak saat itu, aku sadar bahwa punya anak itu karunia yang sangat besar dari Allah. Pantaslah memang anak ini disebut sebagai qurrata a'yun (penyejuk mata) bagi orang tuanya. Investasi akhirat. Setidaknya, ada yang bisa dihubungi kalau kita kesepian di masa tua nanti. Makin degdegan menuju HPL 27 Oktober

Belajar Gambar

Jadi, kemarin saya ketemu sama Nanda, adik kelas SMA, teman kongkow kalau pulang kampung, salah satu ilustrator di @kakrizmi.

Dan, aha!

Saya dapat semangat baru. Sudut pandang baru.

Saya menyaksikan Nanda dalam waktu sekejap buat ilustrasi @kakrizmi pake Adobe Illustrator dan pen tabletnya. Dan, yha. Saya jatuh cinta.

Nanda menarik garis di kanvas virtual dengan lincah. Lalu tiba-tiba udah jadi aja ilustrasinya.

Sampai rumah, besoknya, saya coba install Ai, dan cari video tutorial digital drawing di Youtube. Terus iseng praktekin. Dan jadilah ini. Karya amatiran seorang penggemar aksara.



Kata Fira sih, "Keren, Kak!"
Komentar Nanda, "Itu gambar Kak Ida? Cakeeep"

Hal ini buat saya mikir.

Pekan lalu, temen saya Tika juga tiba-tiba nulis panjang di caption Instagram. Saya terkejut batin. Tika yang selama ini dikenal sebagai designer, tukang gambar, kenapa tiba-tiba nulis panjang? Dan tulisannya itu bagus lho. Dalem.

Lalu saya tanya ke Tika, "Apa yang buat kau nulis caption panjang gitu, Tik?"

"Karena buku yang kau pinjemin."
"Masa sih?"
"Mungkin"

Tahu buku apa yang saya pinjamkan ke Tika?
Saatnya Untuk Menikah karya Ustadz Mohammad Fauzil Adhim.

"Wah, ga sia-sia"
"Aku baru baca satu bab lho"

Kayaknya ga nyambung ya. Ya, benar. Hanya Tika yang tahu apa nyambungnya.

Tapi di lain kesempatan, Tika bilang alasan sebenarnya.

"Beberapa hari ini aku ngeluh-ngeluh tiap malam di kamar. Terus kupikir, sia-sia kali lah. Mending aku tuliskan aja lah apa yang ada di pikiranku. Siapa tau berguna bagi banyak orang."

Dan, yeah.

Saya mendapatkan simpul. Saya yang suka nulis, lagi kenalan sama dunia gambar. Tika yang suka gambar, coba kenalan sama dunia tulisan. Kita memang jodoh. *abaikan

Tapi..

Alasan lainnya kenapa saya mau belajar gambar di laptop adalah, karena saya mau semangatin para ilustrator @kakrizmi.

Saya coba keluar dari zona nyaman penulis dan nempatin diri jadi posisi ilustrator. Asyik banget ternyata. Selama ini saya kira mainin warna cuma bisa di toko kain aja (baca: beli kain jilbab). Ternyata di Ai lebih seru.

Selama ini saya ogah-ogahan install Ai karena ngerasa desain grafis bukan passion saya. Saya ga pinter gambar sketsa gitu.

Tapi ternyata, kita ga harus pinter gambar sketsa buat bisa gambar vector di Ai. Wong cuma gabung-gabungin shape sama garis doang.

Yha, begitulah.

Kita ga bisa nge-judge sesuatu kalau belum pernah persis ada di posisi itu. Coba aja dulu. Biar bisa lebih memahami, bukan menghakimi.

Komentar

Postingan Populer