Langsung ke konten utama

Unggulan

Punya Anak

Well, meskipun aku (merasa) sudah siap untuk punya anak bahkan sejak sebelum menikah, agaknya gamang juga ketika sekarang sedang mengandung janin 9 minggu. Sampai beberapa hari yang lalu. Aku nangis sesegukan karena teringat sama salah satu jama'ah masjid yang sekarang hidup sendiri pasca suaminya meninggal dunia dan mereka tidak memiliki anak. Walau tetap Allah jua lah yang menakdirkan kita diamanahkan anak atau tidak, tapi perasaanku melihat para janda yang tinggal seorang diri ini jadi kalut. Pasti sepi. Sendiri. Butuh teman. Aku yang juga dulu pernah punya tetangga dekat yang sama persis kondisinya dengan si ibu. Jadi, tahu persis bagaimana keseharian mereka. Sejak saat itu, aku sadar bahwa punya anak itu karunia yang sangat besar dari Allah. Pantaslah memang anak ini disebut sebagai qurrata a'yun (penyejuk mata) bagi orang tuanya. Investasi akhirat. Setidaknya, ada yang bisa dihubungi kalau kita kesepian di masa tua nanti. Makin degdegan menuju HPL 27 Oktober

Shinkansen dan Dakwah Kita Hari Ini



Apa bedanya kereta api Indonesia dengan Shinkansen Jepang?

Salah satunya adalah dari segi kecepatan. Shinkansen yang ada sejak tahun 1964 jauh lebih kencang dibanding KA Indonesia.

Kenapa Shinkansen bisa lebih cepat?

Salah satunya pula adalah karena pada tiap gerbong Shinkansen terdapat lokomotif atau mesin yang menggerakkan kereta, dengan gerbong depan sebagai pusat lokomotif.

Sedangkan KAI hanya punya satu lokomotif di depan yang bertugas "menarik" seluruh gerbong di belakangnya.

Fakta di atas saya temukan setelah menonton video motivasi milik Kakek Jamil Azzaini.

Lantas, apa hubungannya kereta cepat Jepang itu dengan dakwah kita hari ini?

Kerja dakwah kita di kampus hari ini sebenarnya sangat banyak. Dan acap kali, tak sebanding dengan sumber daya manusia (pengurus LDK/LDF) yang bersedia berkomitmen.

Mari menganalogikan sebuah bidang dalam LDF sebagai kereta api. Dan gerbongnya adalah program kerja bidang tsb.

Jika sebuah bidang dengan banyak program kerja (apalagi yang perlu perhatian khusus) hanya bertumpu pada kepala dan sekretaris bidang, maka ini sama seperti sistem Kereta Api Indonesia yang tradisionil. Bersiaplah untuk lebih letih "menarik" agar kereta bidang itu bergerak.

Untuk menggerakkan sebuah kereta dakwah yang besar dengan banyak gerbong, kita harus beralih dari sistem KAI menjadi Shinkansen.

Bagaimana caranya?

Sematkan lokomotif-lokomotif kecil pada setiap gerbongnya. Ciptakan tim-tim kecil pada setiap progja tsb.

Tim ini berisi orang-orang yang siap berkontribusi tanpa harus merasa terikat dengan embel-embel LDF. Tim yang bisa jadi direkrut dari berbagai jurusan atau fakultas lain di kampus yang potensinya bisa digali untuk kemaslahatan umat.

Misal, di LDF saya ada program bernama @kakrizmi, sebuah akun sosial media online yang bertugas menjadi sahabat hijrah bagi para muslimah. @kakrizmi berada di bidang Keputrian UKMI Al-Khuwarizmi Fasilkom-TI USU.

Sebenarnya, @kakrizmi yang saya dirikan bersama teman-teman, sudah hadir duluan sebelum ada rapat progja, dan bisa saja berdiri sendiri tanpa harus "menumpang" pada bidang Keputrian LDF. Tapi kemudian, saya berpikir. Apa salahnya jika sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui?

Berikut 2 hal yang saya ingin bagi tentang @kakrizmi.

Pertama, @kakrizmi tidak akan bernama "rizmi" jika tak bergabung dalam UKMI Al-Khuwarizmi. It's okay. Ini bukan masalah besar. Kita bisa cari nama lain yang lebih kece.

Tapi, jika @kakrizmi tak bernama "rizmi", bisa jadi tak akan sebooming hari ini (kayak uda booming kali aja wkwk). Karena di awal debut, @kakrizmi terkenal hanya di kalangan aktivis dakwah kampus yang tersebar di seluruh LDF kampus USU. Memanfaatkan basis massa LDF-LDF itu ternyata bisa membuat kerja kita lebih ringan. Dan tentunya juga melambungkan nama LDF sendiri.

Tentu ceritanya akan beda lagi jika di awal @kakrizmi bersolo karir sendirian, tanpa "menumpang" di bidang Keputrian LDF. Kesempatan memaksimalkan basis massa aktivis dakwah kampus mungkin akan membutuhkan usaha lebih banyak dengan metode yang berbeda.

Kedua, tim @kakrizmi berisi beberapa orang dari berbagai fakultas dan universitas yang berbeda. Orang-orang di balik layar ini, yang tidak termasuk dalam pengurus LDF, anggap saja sebagai sosok-sosok misterius, peduli, nan baik hati yang bersedia menjadi relawan tanpa struktur yang mengikat.

Tujuannya hanya satu. Memberikan kontribusi sesuai passion masing-masing untuk disumbangkan pada muslimah lain di luar sana yang membutuh sahabat di jalan hijrahnya. Kata kuncinya, passion dan kontribusi.

Kami berharap, kontribusi kecil ini bisa membuahkan pahala jariyyah yang terus mengalir hingga hari pembalasan dan berujung pada keridhaan Allah SWT. Aamiin.

Tim @kakrizmi hadir dari luar bidang keputrian, yang kemudian dijadikan program kerja.

Kalau kita balik —program kerja sebuah bidang menjadi sebuah tim—, sepertinya kondisinya tak jauh beda.

Pada Vikacu (Video Dakwah Lucu) misalnya, yang katanya akan dibuat tim khusus. Kita akan saksikan apakah nantinya akan tak jauh beda dengan @kakrizmi.

Gaes, ini tentang bagaimana cara kita mengomunikasikan dan mengemas sebuah progja menjadi lebih global dan bisa dimiliki oleh semua orang, termasuk mereka yang bukan bagian dari LDF tsb.

Juga tentang bagaimana cara kita mengelola sebuah tim kerja, yang berisi manusia (bukan malaikat apalagi robot), agar tetap hidup dan menghidupkan.

Hal lain yang juga dibutuhkan dalam sistem "shinkansen dakwah" adalah kesadaran dan kesediaan dari para alumni pengurus LDF untuk tetap mau berkontribusi meski nama mereka tak lagi tercantum di SK kepengurusan.

Sebab pembentukan tim paling mudah bisa dilakukan dengan mengumpulkan para alumni yang sudah pernah berkecimpung di dalam progja tertentu, namun dahulu semasa kepengurusan tak sempat melakukan hal-hal yang baru terpikirkan sekarang.

Memang ini masanya angkatan muda yang beraksi, tapi bimbingan langsung dari para alumni juga akan sangat berarti. Akan tercipta bonding yang kuat antar satu angkatan dengan angkatan lainnya. Sehingga, fenomena alumni yang "kabur" seketika setelah masa jabatan berakhir bisa sedikit dikurangi.

Jika tim-tim kecil ini telah terbentuk, maka tugas dari kepala dan sekretaris bidang adalah memantau kinerja setiap tim tanpa terkesan memaksa anggota tim.

Masinis atau kondektur hanya harus belajar menghidupkan mesin-mesin di setiap gerbongnya, mengarahkan dari lokomotif utama, dan woosh! Kereta dakwah bidang bergerak lebih cepat.

Tentunya setiap kita juga perlu lebih banyak belajar mendengar, memahami, dan menggerus ego sendiri.

Jangan lupa pula, selama proses ini berlangsung, harus disertai dengan banyaknya munajat pada Allah. Sebab tak ada daya dan upaya kita selain datang dari-Nya.

Selamat berjuang!

:)

IM

Komentar

Posting Komentar

jangan sungkan untuk berkomentar ya :)

Postingan Populer