Langsung ke konten utama

Unggulan

Punya Anak

Well, meskipun aku (merasa) sudah siap untuk punya anak bahkan sejak sebelum menikah, agaknya gamang juga ketika sekarang sedang mengandung janin 9 minggu. Sampai beberapa hari yang lalu. Aku nangis sesegukan karena teringat sama salah satu jama'ah masjid yang sekarang hidup sendiri pasca suaminya meninggal dunia dan mereka tidak memiliki anak. Walau tetap Allah jua lah yang menakdirkan kita diamanahkan anak atau tidak, tapi perasaanku melihat para janda yang tinggal seorang diri ini jadi kalut. Pasti sepi. Sendiri. Butuh teman. Aku yang juga dulu pernah punya tetangga dekat yang sama persis kondisinya dengan si ibu. Jadi, tahu persis bagaimana keseharian mereka. Sejak saat itu, aku sadar bahwa punya anak itu karunia yang sangat besar dari Allah. Pantaslah memang anak ini disebut sebagai qurrata a'yun (penyejuk mata) bagi orang tuanya. Investasi akhirat. Setidaknya, ada yang bisa dihubungi kalau kita kesepian di masa tua nanti. Makin degdegan menuju HPL 27 Oktober

Masa Depan Desa



Saya berasal dari sebuah desa di Sumatera Utara. Suatu hari, saya merasa resah sebab degradasi moral para anak-anak dan pemuda desa.

Madrasah tempat mengaji sore tak lagi seramai dan seasyik dahulu. Semakin banyak pula anak-anak gadis yang menikah di usia sangat muda sebab "kecelakaan" tak terduga. Anak-anak juga semakin jarang main permainan tradisional.

Di tengah keresahan itu, saya sempat merutuk. Sempat berniat, tak mau menghabiskan sisa usia di desa. Mau mengabdi di kota saja.

Lalu, pada sebuah sesi di Pelatihan Forum Indonesia Muda 19, ada sebuah kalimat seperti petir yang menyambar keangkuhan saya.

"Saya ingin jadi lurah di desa saya", ucap Bang @ajusirajuddin, salah satu perwakilan dari Sulawesi.

Pada saat yang sama, dada saya terasa seperti ditusuk sembilu. Kata-kata yang terlontar itu membuat saya malu. Sungguh malu.

Di saat saya tak mau pulang kembali ke desa, di FIM saya justru dipertemukan dengan banyak pemuda yang siap turun ke desa. Bahkan, dengan lantang bersedia menjadi calon pemimpin masa depan di desanya.

Kemarin saya juga baru baca-baca chat di Grup FC (FIM Club) Pendidikan yang mengulas tentang gerakan pemuda desa yang didirikan Bang Aju ini. Keren.

Saya jadi tersadar, bahwa kadang apa yang tak kita sukai justru adalah sesuatu yang bisa kita hadapi untuk kita buat menjadi lebih baik. Ini hanya tentang bagaimana kita mengubah perspektif berpikir.

Saya jadi tak lagi alergi jika nantinya kembali dan menetap di kampung untuk berkontribusi.

Terima kasih teman-teman FIM.
Kalian memberi banyak sekali pelajaran.

"Masa depan ada di desa."
—@togusimorangkir

Komentar

Postingan Populer