Langsung ke konten utama

Unggulan

Punya Anak

Well, meskipun aku (merasa) sudah siap untuk punya anak bahkan sejak sebelum menikah, agaknya gamang juga ketika sekarang sedang mengandung janin 9 minggu. Sampai beberapa hari yang lalu. Aku nangis sesegukan karena teringat sama salah satu jama'ah masjid yang sekarang hidup sendiri pasca suaminya meninggal dunia dan mereka tidak memiliki anak. Walau tetap Allah jua lah yang menakdirkan kita diamanahkan anak atau tidak, tapi perasaanku melihat para janda yang tinggal seorang diri ini jadi kalut. Pasti sepi. Sendiri. Butuh teman. Aku yang juga dulu pernah punya tetangga dekat yang sama persis kondisinya dengan si ibu. Jadi, tahu persis bagaimana keseharian mereka. Sejak saat itu, aku sadar bahwa punya anak itu karunia yang sangat besar dari Allah. Pantaslah memang anak ini disebut sebagai qurrata a'yun (penyejuk mata) bagi orang tuanya. Investasi akhirat. Setidaknya, ada yang bisa dihubungi kalau kita kesepian di masa tua nanti. Makin degdegan menuju HPL 27 Oktober

Dauroh Pionir Dakwah Gelombang 3 (part 1)

Catatan :  Tulisan ini ditulis hampir dua tahun yang lalu. Baru naik cetak hari ini, sebab rasa khawatir kalau suatu hari lupa momentum penting ini pernah kita lewati. Selamat bernostalgia!

--

Tak pernah ada yang mengira sebelumnya berapa jumlah kita yang akhirnya tersaring untuk dauroh 10 hari itu. Tapi Allah Yang Maha Memiliki punya angka cantik untuk kita. Ada 10 orang yang dengan izin Allah mengikuti kegiatan pelatihan tingkat tiga selama 10 hari itu. Sepuluh hari bermukim tanpa boleh pulang ke rumah, sepuluh hari kita mulai mengenal kembali saudara-saudara kita, sepuluh hari kita mulai belajar bagaimana dakwah ini terkonsep, sepuluh hari kiranya jadi masa puncak setelah berbulan-bulan sebelumnya kita juga ditempa dalam tasqif mingguan yang tak pandang bulu dalam pelaksanaannya.

dulu ini memalukan, sekarang jadi lucu wkwk

* * *

Sungguh, saya pribadi pada awalnya tidak yakin bisa mengikuti dauroh ini. Bahkan hingga H-1 dauroh, saya masih merasa setengah hati untuk ikut, dan berharap ada alasan yang kuat untuk mengurungkan niat. Namun Allah tak memberikan kendala apapun. Saya tak punya alasan untuk tidak ikut dauroh. Akhirnya, malam hari sebelum besoknya berangkat, saya berkemas. Pakaian dan buku sudah dipersiapkan untuk ‘amunisi’ selama 10 hari ke depan. Tak lupa juga laptop yang tak kalah penting. Bismillah.

Besok paginya, sekitar jam 07.30, seorang sahabat, Atika, hendak datang ke rumah saya. Tapi karena dianya nyasar, akhirnya kami ketemu di depan jalan setia budi. Singkat cerita, kami naik angkot 135 kala itu. Hari itu adalah hari Ahad. Tak banyak angkot yang lewat dan tak banyak penumpang di angkot. Setelah cukup jauh angkot berjalan, kami merasa ada sesuatu yang janggal. Kenapa ini angkot belok ke kiri pada sebuah persimpangan? Sedangkan arah tempat dauroh itu ke kanan? Karena ini juga the first time aku dan Tika naik angkot ke tempat dauroh, kami jadi panik. Antara salah angkot atau angkotnya yang salah arah. Kami lalu nanya abang angkotnya. Dan.... ternyata angkotnya ga ke arah tempat dauroh. Selamat! Selamat! Selamat! Kami akhirnya memutuskan untuk turun dari angkot.

Tak lama setelah angkot itu pergi, ada seorang bapak tukang becak yang menghampiri. Akhirnya kami memutuskan untuk naik becak karena saat itu tak ada angkot yang lewat. Setelah bernego-nego, kami pun naik becak ke tempat dauroh. Kami sudah optimis akan sampai di tempat dauroh sebelum jam 08.00. Tapi mungkin Allah sedang menguji kesungguhan kami (ceilah, yang bener aja). Kami tak langsung sampai di tempat dauroh karena sebenarnya kami juga ga tahu dimana itu tempatnya. Kami berdua cuma tahu namanya saja, yaitu Pusdiklat Helvetia Medan. Abang becaknya juga ga tahu persis dimana. Ini menyebabkan, kami bertiga (aku, Tika, dan Abang becak) jadi nyasar entah ke Pusdiklat mana. Allah...... Baru mulai aja udah gini. Setelah bertanya-tanya dengan beberapa orang di sekitar situ, akhirnya Abang becak mengerti dimana letak tempat daurohnya. Fyuh, akhirnya. Tapi, Abang becak jadi minta ditambahi ongkosnya karena katanya terlalu jauh. Oke, baiklah kami tambahin, Bang.

Singkat cerita, finally (yeah, this is the last) kita sampai di tempat dauroh sekitar jam 09.00 (koreksi kalo ane salah, Tik). Dan saat itu tempat daurohnya sepi dan pintu depan gedungnya ditutup. Eh, rupanya pintunya ada di samping. Sampai di area dauroh, kami ketemu sama Ani (salah satu panitia) dan diarahkan ke kamar. Di kamar, ada Heni. Huaaaa! Heni... Jadilah hanya kami bertiga yang menghuni kamar itu. Tak berapa lama kemudian, datang satu orang lagi : Jeni. Huaaaa, Jeni! Sekarang penghuni kamar ada 4 orang, dan selama dauroh berlangsung hanya 4 orang itulah yang menghuni kamar itu secara tetap. Ya, hanya ada 4 orang peserta akhwat. Di sisi lain, ada 6 orang peserta ikhwan.

Tak pernah ada yang mengira sebelumnya berapa jumlah kita yang akhirnya tersaring untuk dauroh 10 hari itu. Tapi Allah Yang Maha Memiliki punya angka cantik untuk kita. Ada 10 orang yang dengan izin Allah mengikuti kegiatan pelatihan tingkat tiga selama 10 hari itu. Sepuluh hari bermukim tanpa boleh pulang ke rumah, sepuluh hari kita mulai mengenal kembali saudara-saudara kita, sepuluh hari kita mulai belajar bagaimana dakwah ini terkonsep, sepuluh hari kiranya jadi masa puncak setelah berbulan-bulan sebelumnya kita juga ditempa dalam tasqif mingguan yang tak pandang bulu dalam pelaksanaannya.

Seperti yang saya tuliskan di atas tadi. Di dauroh ini, kami mulai mengenal lagi satu sama lain. Memang benar apa yang pernah dikatakan oleh salah seorang kakak. “Kita baru mengenal teman kita setelah kita bermalam dengannya.” Kami yang sebelumnya hanya saling mengenal luarnya saja, kini bisa mengenal mendalam. Lucunya, Heni berkata pada suatu ketika, “Aku kira Ida orangnya pendiam lho! Soalnya kalau di tasqif mingguan Ida lebih banyak diam.” Tentu saja hal ini membuat Tika ingin muntah. Saya sih mesem-mesem saja. Pasalnnya, bukan cuma Heni yang pernah berkata seperti itu.
Di dauroh sendiri, selain mendengarkan materi di forum, kami juga melakukan worskhop berupa analisis. Selain di forum, tentu ibadah di luar forum juga harus tetap jalan, bahkan lebih banyak dari biasanya.

Selama 7 hari kami di-service dengan service yang sangat baik oleh para panitia dan instruktur, terutama dalam hal makan dan minum. Makanan tak pernah kurang. Empat jempol buat Bu Ani (bukan istri pak SBY), yang kala itu jadi juru masak dibantu kakak-abang yang lain. Terima kasih ya, untuk jus jeruk di malam hari yang sebenarnya kami sudah ngantuk sekali tapi tetap dipaksa untuk dihabiskan. Belum lagi pisang coklat lezat buatan Bang Ipul. Martabak manisnya juga tidak terkata enaknya. Dan yang tidak mungkin kami lupakan, sup daging unta yang baru kali itu kami (atau kita semua) merasakannya. Alhamdulillah, Allah begitu murah hati memberi kita banyak rezeki dan kemudahan.

Empat jempol juga untuk panitia dan instruktur yang lain. Nuansa kekelurgaan itu begitu terasa. Selama 10 hari itu saya merasa berada dalam keluarga kedua. Begitu hangat, nyaman, dan solid. Afwan, jika kehangatan, kenyamanan, dan kesolidan itu tak bisa kami ulangi di dauroh setahun setelahnya.

Terima kasih karena telah merancang acara begitu baik, hingga kami diberi waktu tidur siang. Kami begitu dimanjakan, meskipun beberapa dari kami malah melakukan aktivitas lain seperti ber-karaoke-ria di forum ketika jam istirahat itu. Yang jelas, mereka itu BUKAN AKHWAT!


Terima kasih untuk game-game sederhana namun bermakna yang dibuat oleh instruktur untuk mengisi waktu senggang di forum. Kami, para akhwat, jelas tak bisa melupakan wajah-wajah para ikhwan-yang-hobi-karaoke ketika mereka mendapat kekalahan dalam game Berpacu Dalam Melodi. Bagaimana bisa kami lebih tahu soal lagu dan musik padahal yang sering bersenandung di forum ketika jam istirahat itu kalian? Allah memang adil! Hahaha. Ditambah lagi, di game Tebak Surah Qur’an, para akhwat yang hanya 4 orang ini ternyata juga mendominasi. Tapi kami, para akhwat, mengaku kalah dalam pembuatan yel-yel kelompok. Sungguh, kami tak suka buat yel-yel. Dan selamat, kalian (para ikhwan) lah pemenangnya!



(Bersambung)

Komentar

Postingan Populer