Langsung ke konten utama

Unggulan

Punya Anak

Well, meskipun aku (merasa) sudah siap untuk punya anak bahkan sejak sebelum menikah, agaknya gamang juga ketika sekarang sedang mengandung janin 9 minggu. Sampai beberapa hari yang lalu. Aku nangis sesegukan karena teringat sama salah satu jama'ah masjid yang sekarang hidup sendiri pasca suaminya meninggal dunia dan mereka tidak memiliki anak. Walau tetap Allah jua lah yang menakdirkan kita diamanahkan anak atau tidak, tapi perasaanku melihat para janda yang tinggal seorang diri ini jadi kalut. Pasti sepi. Sendiri. Butuh teman. Aku yang juga dulu pernah punya tetangga dekat yang sama persis kondisinya dengan si ibu. Jadi, tahu persis bagaimana keseharian mereka. Sejak saat itu, aku sadar bahwa punya anak itu karunia yang sangat besar dari Allah. Pantaslah memang anak ini disebut sebagai qurrata a'yun (penyejuk mata) bagi orang tuanya. Investasi akhirat. Setidaknya, ada yang bisa dihubungi kalau kita kesepian di masa tua nanti. Makin degdegan menuju HPL 27 Oktober

Di Depan Pintu Rumah Besar

Entah kenapa, hanya untuk mengabarkan sebuah berita bahagia saja, saya sampai berulang kali nulis-hapus. Seolah tidak menemukan rangkaian kata yang tepat.

Kabar apa sih?

Jadi di postingan sebelumnya, saya cerita sebuah rumah besar dan sensasi perjuangan yang saya rasakan untuk masuk ke dalamnya.

Dan hari Ahad kemarin, adalah hari pengumumannya. Kabar bahagianya adalah, saya dapat email dan sms yang isinya saya lolos dan bisa ikutan jadi bagian dari rumah kunang-kunang itu.

Rumah itu bernama Forum Indonesia Muda angkatan 19.

Entah bagaimana perasaan saya nanti saat dan setelah ikut pelatihannya pada 25-29 Oktober 2017, yang jelas rasa bahagia berada di pintu masuk saat ini menjadi berlipat-lipat.



Kalau dipikir-pikir, ngapain sih saya masih mau sempet-sempetnya daftar dan ikutan forum nasional gini? Sedangkan, sekarang itu masa genting, dimana saya udah semester dua digit kembar. Apa ga sebaiknya fokus ke skripsi aja? Apa forum ini ke depan ga bakal ganggu skripsi saya?

Jika kamu bertanya demikian, maka saya pun sudah lebih dahulu bertanya pada diri ini, dan seketika menemukan jawabannya.

"Saya takut, kesempatan yang sama tidak datang lagi di masa yang akan datang."

Ini saat yang menurut saya paling tepat untuk menemukan sebuah wadah baru untuk mengeksplorasi diri. Berskala nasional, dengan alumni-alumni yang hebat, pemateri pelatihan yang sangat mumpuni di bidangnya, serta kehangatan keluarga saat dan pasca pelatihan. Apa alasan saya menolak untuk berjuang jadi bagian dari mereka?

Hidup adalah pilihan. Semua butuh pengorbanan. Inilah hidup yang saya pilih dengan segala konsekuensi yang akan saya hadapi.

Begitu banyak cerita dari setiap orang. Dan tak jarang yang nasibnya juga seperti saya, atau lebih parah. Namun apakah masalah itu menjadi penghalang kita untuk mengembangkan kebermanfaatan? Masalah itu harusnya dihadapi, dihayati, dan dinikmati, bukan? 😊

So, guys. Saya yang berada di masa genting saja masih semangat aktif sana-sini demi menyongsong kebaikan dan kebermanfaatan di masa depan. Kamu bagaimana? 😁

Btw, akan ada banyak cerita tentang FIM dari awal hingga akhir nanti. Insya Allah saya akan ceritain satu-satu.

Komentar

  1. wah. . .wah. . .
    barakallah kak
    dahsyat nih
    .
    siap untuk membacalah,
    tetap berkontemplasi
    .

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin.. btw, ini siapa ya? ga usah sok misterius deh wkwk

      Hapus
    2. saya silent reader . . .wkwkwk

      Hapus
    3. Dari awal, saya udah tau siapa kamu.

      Hapus

Posting Komentar

jangan sungkan untuk berkomentar ya :)

Postingan Populer