Langsung ke konten utama

Unggulan

Punya Anak

Well, meskipun aku (merasa) sudah siap untuk punya anak bahkan sejak sebelum menikah, agaknya gamang juga ketika sekarang sedang mengandung janin 9 minggu. Sampai beberapa hari yang lalu. Aku nangis sesegukan karena teringat sama salah satu jama'ah masjid yang sekarang hidup sendiri pasca suaminya meninggal dunia dan mereka tidak memiliki anak. Walau tetap Allah jua lah yang menakdirkan kita diamanahkan anak atau tidak, tapi perasaanku melihat para janda yang tinggal seorang diri ini jadi kalut. Pasti sepi. Sendiri. Butuh teman. Aku yang juga dulu pernah punya tetangga dekat yang sama persis kondisinya dengan si ibu. Jadi, tahu persis bagaimana keseharian mereka. Sejak saat itu, aku sadar bahwa punya anak itu karunia yang sangat besar dari Allah. Pantaslah memang anak ini disebut sebagai qurrata a'yun (penyejuk mata) bagi orang tuanya. Investasi akhirat. Setidaknya, ada yang bisa dihubungi kalau kita kesepian di masa tua nanti. Makin degdegan menuju HPL 27 Oktober

Asupan Bergizi

Apakah kamu penggemar addict buku bergenre novel? Atau komik? Dan tidak begitu suka buku keilmuan yang spesifik?

Hati-hati.
Bisa jadi, kamu sedang membatasi kemampuan eksplorasi otakmu.

Betapa banyak pelajaran berharga yang kita bisa dapat dari kisah-kisah generasi terdahulu dari buku sejarah.

Betapa banyak metode psikologi yang bisa membantu kita memahami diri sendiri dan orang lain dalam kehidupan.

Betapa banyak informasi mendalam tentang geografi, ekonomi, hukum, teknologi, fisika, biologi, kimia, dan sejuta ilmu spesifik lainnya yang bisa membuat cakrawala wawasan kita semakin luas.

Tetapi, hanya karena kita cepat bosan dan menyerah membaca buku-buku ilmiah tsb, kita jadi terbiasa "fanatik" hanya pada satu genre tertentu (komik atau novel, misalnya).

Menurut Mohammad Fauzil Adhim, penulis buku Membuat Anak Gila Membaca, fenomena ini adalah sebuah masalah.



Suatu ketika, seorang teman bertanya heran pada saya tentang seseorang yang selama ini dianggap kutu buku.

"Dia katanya seorang kutu buku. Tapi kenapa analisis berpikir dan caranya menyelesaikan masalah, tidak seperti seseorang yang sering membaca buku? Buku apa sih yang dia baca selama ini?"

Saya cuma bisa mengangkat bahu.

Faktanya, cara berpikir seseorang salah satunya memang dipengaruhi oleh buku-buku yang ia baca.

Memang berat ya, move on dari sesuatu yang sudah buat kita nyaman.

Tapi, memberanikan diri dengan tak mudah menyerah menghayati deretan aksara dan kertas buku "asing" itu, bisa jadi sebuah petualangan menyenangkan. Tak kalah seru dengan petualangan di novel dan komik yang kita sering baca.

Jadi, Kawan. Ayolah.
Sesekali otak kita butuh "asupan" agak berat dan bergizi. Jangan batasi ia untuk bereksplorasi. 😊

NB: tulisan ini ditujukan pertama sekali untuk diri sendiri, yang sering bertanya, "Sampai sini sajakah otakmu kau batasi untuk bertualang, Da?"

©idamysari

Komentar

Postingan Populer