Langsung ke konten utama

Unggulan

Punya Anak

Well, meskipun aku (merasa) sudah siap untuk punya anak bahkan sejak sebelum menikah, agaknya gamang juga ketika sekarang sedang mengandung janin 9 minggu. Sampai beberapa hari yang lalu. Aku nangis sesegukan karena teringat sama salah satu jama'ah masjid yang sekarang hidup sendiri pasca suaminya meninggal dunia dan mereka tidak memiliki anak. Walau tetap Allah jua lah yang menakdirkan kita diamanahkan anak atau tidak, tapi perasaanku melihat para janda yang tinggal seorang diri ini jadi kalut. Pasti sepi. Sendiri. Butuh teman. Aku yang juga dulu pernah punya tetangga dekat yang sama persis kondisinya dengan si ibu. Jadi, tahu persis bagaimana keseharian mereka. Sejak saat itu, aku sadar bahwa punya anak itu karunia yang sangat besar dari Allah. Pantaslah memang anak ini disebut sebagai qurrata a'yun (penyejuk mata) bagi orang tuanya. Investasi akhirat. Setidaknya, ada yang bisa dihubungi kalau kita kesepian di masa tua nanti. Makin degdegan menuju HPL 27 Oktober

Belajar Jadi Pemimpin

Saya banyak belajar bagaimana menjadi seorang leader dari beberapa organisasi, komunitas, perkumpulan, dan rumah saya sendiri.

"A leader is one who knows the way, goes the way, and shows the way." —John C. Maxwell

Seorang pemimpin, harusnya berada dalam barisan paling belakang. Pernah lihat gambar ini?



3 (tiga) Srigala terdepan (lingkaran merah), adalah mereka yang dalam kondisi lemah (sakit), keberadaan mereka bisa mengatur kecepatan gerak barisan. Dan sekiranya Srigala yang lemah ini, berada di barisan belakang, tentu mereka akan tertinggal.

Srigala-Srigala yang berada di posisi depan adalah Srigala Senior (Srigala Tua) di kelompoknya. Secara fisik mereka lemah, tetapi merekalah yang paling memahami medan dalam perjalanan ini.

Jadi fungsi mereka, selain mengatur kecepatan gerak, juga sebagai mentor (pembimbing) bagi Srigala-Srigala yang lebih junior.

11 (sebelas) Srigala di tengah (lingkaran biru), adalah Srigala Betina. Mereka dijaga oleh 10 Srigala Jantan (berpengalaman), yang terbagi dua kelompok, 5 di depan dan 5 di belakang.

Sedangkan 1 srigala yang paling belakang (lingkaran hijau), adalah Sang Pemimpin. Ia berperan mengontrol, memberi perintah dan mengkoordinir barisan, sehingga sampai di tempat tujuan. (sumber: kanzunqalam.com)

Sekumpulan serigala selalu punya leader, yang siap menunjukkan jalan sekaligus melindungi para anggotanya.

Memang tak semua leader yang notabene berjiwa driver, harus lihai mengerjakan pekerjaan eksekutor (baca juga postingan saya sebelumnya). Tapi seorang leader, harusnya mau mendengar setiap keluh kesah dari anggota di tataran paling bawah. Harus mau turun ke lapangan, jika ada masalah. Bukan untuk menunjukkan power yang dimilikinya, bukan. Leader memposisikan dirinya "sejajar" dengan anggota, untuk membuktikan bahwa kita bisa maju bersama-sama. We can do it together! And if you have problem, I'm ready to give you a hand.

Menjadi pemimpin, ketua organisasi, ketua tim, ketua divisi, ketua bidang, ketua kelas, kepala sekolah, kepala rumah tangga, dan ketua/kepala apapun itu...

Bukan pekerjaan mudah.

Kita semua sedang belajar. Sama-sama sedang belajar. Pemimpin belajar dari anggotanya, dan anggota belajar dari pimpinannya.

Beberapa pekan lalu, saya memutuskan keluar dari komunitas yang selama ini saya jadi salah satu ketua bidang di dalamnya.

Saya menyerah. Hah. Dasar, pecundang.

Saya ga mau lagi kasih excuse. Saya lagi belajar jujur sama diri sendiri.

Saya merasa gagal sebagai ketua. Bukan karena bidang saya gagal. Di luar kelihatannya memang bidang saya baik-baik saja, begitupun bagi anggota-anggota bidang. Bahkan bisa dikategorikan bidang terbaik. I'm really proud of you, team!

Tapi sebenarnya, saya belum bisa memanajemen tim dan waktu dengan baik. Dan ini hanya saya sendiri yang merasakan. I'm not playing with my own mind. Saya hanya sedang belajar jujur, memahami realita, mengatur skala prioritas, dan merawat hati saya sendiri. And for now, I want to learn to lead myself.

Dari komunitas ini, saya belajar jadi driver, konseptor, enabler, dan eksekutor sekaligus. Sungguh sebuah pengalaman yang berharga yang tidak akan saya lupakan.

Apalah saya yang hanya remah-remah rengginang ini. Saya tidak ingin kealfaan saya nanti jadi memupuk prasangka buruk saudara. Saya hanya ingin merawat hati saya, dan hati saudara-saudara yang tengah berjuang. Saya takut posisi saya yang (menurut saya) cukup krusial itu terlalaikan dan teman-teman jadi terdzhalimi hanya karena fokus saya terpecah begitu parah.

Itulah mengapa saya segera mengundurkan diri tepat setelah menyelesaikan tugas yang harus saya selesaikan.

Saya masuk dengan baik-baik, maka keluar juga harus dengan baik-baik pula.

I'll always support you, insya Allah.
Bersyukur pernah menjadi bagian dari kalian. Jangan pernah berhenti belajar jadi pemimpin yang sebenar-benarnya pemimpin, seperti Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. :)

©idamysari | 20170720

Komentar

Postingan Populer