Langsung ke konten utama

Unggulan

Punya Anak

Well, meskipun aku (merasa) sudah siap untuk punya anak bahkan sejak sebelum menikah, agaknya gamang juga ketika sekarang sedang mengandung janin 9 minggu. Sampai beberapa hari yang lalu. Aku nangis sesegukan karena teringat sama salah satu jama'ah masjid yang sekarang hidup sendiri pasca suaminya meninggal dunia dan mereka tidak memiliki anak. Walau tetap Allah jua lah yang menakdirkan kita diamanahkan anak atau tidak, tapi perasaanku melihat para janda yang tinggal seorang diri ini jadi kalut. Pasti sepi. Sendiri. Butuh teman. Aku yang juga dulu pernah punya tetangga dekat yang sama persis kondisinya dengan si ibu. Jadi, tahu persis bagaimana keseharian mereka. Sejak saat itu, aku sadar bahwa punya anak itu karunia yang sangat besar dari Allah. Pantaslah memang anak ini disebut sebagai qurrata a'yun (penyejuk mata) bagi orang tuanya. Investasi akhirat. Setidaknya, ada yang bisa dihubungi kalau kita kesepian di masa tua nanti. Makin degdegan menuju HPL 27 Oktober

Nulis Cerita Anak



Sebulan lalu saya mendapat info tentang sayembara menulis cerita anak dari Tya, adik binaan yang telah mendahului pulang ke rahmatullah.

Sungguh, banyak inspirasi yang saya dapat dari Tya, termasuk minatnya menulis cerita anak yang sering diterbitkan di majalah.

Maka, sejak sebulan lalu saya mulai brainstorming ide untuk lomba ini. Hingga ide yang terkumpul saya mulai realisasikan pada akhir bulan lalu. Ilustrator juga sudah saya dapatkan, seorang junior waktu SMA yang hobi menggambar dengan teknik water coloring.

Saya mulai baca-baca tulisan tentang tips menulis cerita anak. Dan dalam sekejap saya jatuh cinta pada dunia yang satu ini.

Selama ini saya memang suka anak-anak. Namun, tidak pernah terpikir akan menulis cerita anak. Bahkan untuk sayembara kali ini, saya bukan lagi dituntut menulis cerita pendek, tapi novel. Wah, tantangan yang sangat memacu adrenalin!

Setelah saya pelajari, ternyata menulis cerita anak banyak manfaatnya. Salah satunya adalah menyisipkan living values (nilai-nilai kehidupan) atau hikmah dengan bahasa anak tanpa harus menggurui. Bayangin, kalau dari kecil anak-anak sudah dibiasakan membaca cerita atau buku yang kaya hikmah, ditambah mendapat didikan yang baik dari keluarga dan lingkungan, insya Allah di masa depan mereka akan jadi generasi emas yang bisa memberikan berkah pada agama, bangsa, dan negara.

Saya bersyukur ketika kecil dahulu dijejali buku-buku dan majalah oleh kakak kedua. Dari situ lah saya tahu banyak ilmu pengetahuan baru dan sampai kini jadi senang membaca buku.

Eh, lama-kelamaan kenapa tulisan saya ini jadi begitu sederhana tanpa diksi yang berat seperti biasanya? Hmm, mungkin terbawa suasana. 😅

Doakan saya segera menyelesaikan novel anak untuk sayembara ini ya. Semoga menang juga. Hehe. 😄

Hai, anak-anak Indonesia! Nantikan tulisan saya mencerahkan hari-hari kalian! *pede itu baik* 😁

©idamysari | 170405

Komentar

Postingan Populer