Langsung ke konten utama

Unggulan

Punya Anak

Well, meskipun aku (merasa) sudah siap untuk punya anak bahkan sejak sebelum menikah, agaknya gamang juga ketika sekarang sedang mengandung janin 9 minggu. Sampai beberapa hari yang lalu. Aku nangis sesegukan karena teringat sama salah satu jama'ah masjid yang sekarang hidup sendiri pasca suaminya meninggal dunia dan mereka tidak memiliki anak. Walau tetap Allah jua lah yang menakdirkan kita diamanahkan anak atau tidak, tapi perasaanku melihat para janda yang tinggal seorang diri ini jadi kalut. Pasti sepi. Sendiri. Butuh teman. Aku yang juga dulu pernah punya tetangga dekat yang sama persis kondisinya dengan si ibu. Jadi, tahu persis bagaimana keseharian mereka. Sejak saat itu, aku sadar bahwa punya anak itu karunia yang sangat besar dari Allah. Pantaslah memang anak ini disebut sebagai qurrata a'yun (penyejuk mata) bagi orang tuanya. Investasi akhirat. Setidaknya, ada yang bisa dihubungi kalau kita kesepian di masa tua nanti. Makin degdegan menuju HPL 27 Oktober

Kisah Dua Rumah



Ada sebuah rumah yang sudah cukup tua. Penghuninya telah berulang kali bergantian datang dan pergi sebab tuntutan akademi dan profesi. Ada yang pernah tinggal sebulan, empat bulan, setahun, dua tahun, bahkan sampai hampir tujuh tahun.

Kini, rumah yang dulunya megah ini, terasa lebih sepi, terasa kurang ruh, terasa ada yang tidak beres dengan penghuninya. Belum lagi jendela dan pintu serta atap yang mulai rapuh membuktikan rumah ini perlu diperhatikan lebih khusus. Tapi, bagaimanapun rentanya, rumah ini pernah jadi saksi sejarah tumbuh dan berkembangnya tunas-tunas generasi emas.

Salah satu orang yang dahulu pernah tinggal di rumah peradaban itu, yang kemudian merantau melalang buana, sekarang sudah jadi orang yang cukup kaya dan berpengaruh. Ia membangun rumah baru yang lebih megah tak begitu jauh dari rumah peradaban. Tunas itu sudah jadi pohon yang tinggi, pikir rumah peradaban.

Tapi ternyata, tingginya pohon tak diimbangi dengan kerindangan.

Pemilik rumah megah itu mengajak mereka yang akan diproyeksikan menetap di rumah peradaban untuk masuk dan tinggal ke rumahnya. Tentu saja semua orang mau tinggal di rumah itu. Perkaranya, mereka yang sudah menetap di rumah megah tak boleh masuk ke rumah manapun selama waktu tertentu, termasuk ke rumah peradaban tempat pemilik rumah megah dulu lahir dan tumbuh.

Ini artinya, orang-orang baru yang berpotensi menjadi tunas-tunas generasi emas selanjutnya ini, akan terhambat pertumbuhannya sebab tak langsung masuk ke ladang yang telah dipersiapkan.

Jika rumah peradaban yang reot itu bisa berkata pada rumah megah, mungkin ia akan mengatakan:

"Jika kau tak bisa menjadi melati yang harum dan memberi kedamaian pada taman bunga, maka janganlah menjadi mawar berduri yang indah namun memberikan luka."

Cinta macam apa yang kau maksud, jika ternyata banyak tindakanmu yang kontra dengan pengakuan cinta itu?


©idamysari | 170408

Komentar

Postingan Populer