Langsung ke konten utama

Unggulan

Punya Anak

Well, meskipun aku (merasa) sudah siap untuk punya anak bahkan sejak sebelum menikah, agaknya gamang juga ketika sekarang sedang mengandung janin 9 minggu. Sampai beberapa hari yang lalu. Aku nangis sesegukan karena teringat sama salah satu jama'ah masjid yang sekarang hidup sendiri pasca suaminya meninggal dunia dan mereka tidak memiliki anak. Walau tetap Allah jua lah yang menakdirkan kita diamanahkan anak atau tidak, tapi perasaanku melihat para janda yang tinggal seorang diri ini jadi kalut. Pasti sepi. Sendiri. Butuh teman. Aku yang juga dulu pernah punya tetangga dekat yang sama persis kondisinya dengan si ibu. Jadi, tahu persis bagaimana keseharian mereka. Sejak saat itu, aku sadar bahwa punya anak itu karunia yang sangat besar dari Allah. Pantaslah memang anak ini disebut sebagai qurrata a'yun (penyejuk mata) bagi orang tuanya. Investasi akhirat. Setidaknya, ada yang bisa dihubungi kalau kita kesepian di masa tua nanti. Makin degdegan menuju HPL 27 Oktober

Untuk Tya

وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا ۚ وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Munaafiqun : 11)

* * *



Untuk Tya.

Hampir tengah malam kemarin, Kakak mendapat berita bahwa kau mengalami kecelakaan dan dilarikan ke RS, Dik. Tak ada berita yang jelas tentang kronologisnya. Kakak coba mencari tahu kontak teman yang menemanimu di RS, tapi tak cukup serius usaha itu. Hanya berakhir dengan rencana menjengukmu keesokan hari bersama teman2.

Ba'da Subuh pagi tadi, tanpa firasat apapun, Kakak hanya berkaca-kaca pada ayat di atas. Cukup lama termenung, sama seperti merenungi ayat-ayat yang menyayat hati lainnya. Tanpa firasat apapun.

Ba'da tilawah, mode pesawat HP, Kakak non-aktifkan. Dan masuklah semua berita bahwa kau telah pulang mendahului kami, Dik.

Kakak tidak menangis. Kadang kesedihan mendalam tak menyisakan bahkan sepatah kata dan sebulir air mata. Tapi kala mendekap teman2 selingkaranmu ba'da menshalati jenazah, dada Kakak sesak dan tumpah semua isak.

Satu setengah tahun dalam lingkaran tentu saja meninggalkan kesan yang tak sedikit. Tentang kau dan kegigihan, semangat, keuletan, kecerdasan, kejujuran, tanggung jawab dalam melaksanakan amanah, serta semua haru biru canda tawa yang pernah kita lewati bersama.

Beberapa pekan lalu di lingkaran, kita bahas tentang kematian dan proses hingga surga-neraka. Hari ini, kau yang duluan menjalaninya, Dik. Bagaimana rasanya? Sudikah kau ceritakan di lingkaran kita pekan ini? 😢

©idamysari | 21/3/17

Komentar

Postingan Populer