Langsung ke konten utama

Unggulan

Punya Anak

Well, meskipun aku (merasa) sudah siap untuk punya anak bahkan sejak sebelum menikah, agaknya gamang juga ketika sekarang sedang mengandung janin 9 minggu. Sampai beberapa hari yang lalu. Aku nangis sesegukan karena teringat sama salah satu jama'ah masjid yang sekarang hidup sendiri pasca suaminya meninggal dunia dan mereka tidak memiliki anak. Walau tetap Allah jua lah yang menakdirkan kita diamanahkan anak atau tidak, tapi perasaanku melihat para janda yang tinggal seorang diri ini jadi kalut. Pasti sepi. Sendiri. Butuh teman. Aku yang juga dulu pernah punya tetangga dekat yang sama persis kondisinya dengan si ibu. Jadi, tahu persis bagaimana keseharian mereka. Sejak saat itu, aku sadar bahwa punya anak itu karunia yang sangat besar dari Allah. Pantaslah memang anak ini disebut sebagai qurrata a'yun (penyejuk mata) bagi orang tuanya. Investasi akhirat. Setidaknya, ada yang bisa dihubungi kalau kita kesepian di masa tua nanti. Makin degdegan menuju HPL 27 Oktober

Script Sweet



"Tadi aku udah temui Bapak itu. Mau minta ACC perbaikan proposal. Aku udah masuk ke ruangannya. Tapi beliau diam aja fokus di depan laptopnya tanpa lihat sedikitpun aku yang ada di depannya. Setelah berapa detik beliau ga ada respon, aku terus langsung keluar. Aku mau nangis", tutur seorang teman pada suatu siang dengan wajah sedih.

"Bukan kali ini aja. Dulu juga aku pernah dimarah-marahin karena minta izin untuk ujian susulan UAS. Awalnya via chat beliau bilang 'oke besok temui saya'. Besoknya ditemui, beliau 'bilang besok aja ya, ini uda sore'. Besoknya didatangi, beliau bilang 'nanti aja lah itu, kenapa lagi bisa ujian susulan'. Lalu habis aku dimarah-marahin", tambahnya dengan mimik masih sedih.

Dengar ceritanya, saya terenyuh. Di luar kayaknya kuat, padahal hati saya nangis.

Tiba-tiba seorang teman yang lain mengatakan,

"Allah tahu kamu kuat, maka Allah kasih kesulitan-kesulitan itu. Kalau aku dihadapkan dengan hal yang serupa, aku mungkin ga sanggup. Makanya, mungkin Allah ga kasih itu samaku."

Geng, denger ini hati saya yang lagi nangis jadi nyesss. Airnya ngerembes, lalu meninggalkan sensasi dingin. Adem.

"Iya. Setelah tadi aku keluar dari ruangan beliau, aku nunggu di luar sama kawan-kawan. Lalu setelah beberapa waktu, beliau manggil ke arah kami yang lagi duduk, 'siapa tadi yang mau ketemu saya'. Beliau langsung ACC", kali ini wajahnya sumringah.

"Setelah tragedi marah-marah karena ujian susulan juga. Waktu aku udah lupa kejadian itu, tiba-tiba aja Bapak itu nge-chat, 'kamu kemarin yang mau ujian susulan sama saya kan, besok temui saya ya'", kali ini senyumnya makin merekah.

Hati saya makin nyesss. Saya speechless. Masya Allah. Benarlah Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (QS Al-Baqarah : 286). Dan Allah telah sediakan jalan keluar dari setiap permasalahan. Setiap kesulitan pasti ada kemudahan (QS. Al-Insyirah : 5).

Allah~
Kok Engkau so sweet begitu sih? 😍

Hari itu bahagia saya meningkat. Bukan, bukan karena dapat 'hiburan' atas problematika skripsi saya yang belum selesai. Saya bahagia karena Allah dudukkan saya hari itu bersama mereka, teman-teman yang memandang sesuatu dengan kaca mata prasangka yang luar biasa indah. Yang ketika mereka semua sudah seminar proposal sedangkan saya belum, mereka katakan,

"Ida ini cepatnya nanti (selesai). Biasanya kan jagoan datang belakangan."

Geng, dua kalimat sederhana itu saja berhasil membuat saya tak berhenti tersenyum hingga hari ini. 😀

Yang membuat saya mampu menerjemahkan setiap pertanyaan/pernyataan "Kapan wisuda?" atau "Skripsimu kerjakan! Jangan main blog dan buat puisi aja!" menjadi "Da, semangat! Ayo wisuda bareng!" atau "Da, semangat! Biar bisa kita kembangin sayap dakwah lebih luas!"

Gusti Allah mboten sare. Allah tahu saya (masih) kuat. Saya sungguh malu pada-Nya.


Salam semester akhiran,


Yang lagi berjuang
Ida Mayasari

Komentar

Postingan Populer