Langsung ke konten utama

Unggulan

Punya Anak

Well, meskipun aku (merasa) sudah siap untuk punya anak bahkan sejak sebelum menikah, agaknya gamang juga ketika sekarang sedang mengandung janin 9 minggu. Sampai beberapa hari yang lalu. Aku nangis sesegukan karena teringat sama salah satu jama'ah masjid yang sekarang hidup sendiri pasca suaminya meninggal dunia dan mereka tidak memiliki anak. Walau tetap Allah jua lah yang menakdirkan kita diamanahkan anak atau tidak, tapi perasaanku melihat para janda yang tinggal seorang diri ini jadi kalut. Pasti sepi. Sendiri. Butuh teman. Aku yang juga dulu pernah punya tetangga dekat yang sama persis kondisinya dengan si ibu. Jadi, tahu persis bagaimana keseharian mereka. Sejak saat itu, aku sadar bahwa punya anak itu karunia yang sangat besar dari Allah. Pantaslah memang anak ini disebut sebagai qurrata a'yun (penyejuk mata) bagi orang tuanya. Investasi akhirat. Setidaknya, ada yang bisa dihubungi kalau kita kesepian di masa tua nanti. Makin degdegan menuju HPL 27 Oktober

Sederhana



Ya, saya baru saja membaca buku Cinta Adalah Perlawanan karya Azhar Nurun Ala. Awalnya, saya agak pesimis dengan buku-buku penulis yang satu ini. Pasalnya, seorang lelaki yang begitu puitis mengungkapkan perasaannya dalam sebuah tulisan, bagi saya sangat lebay. Tapi kini saya salah sangka. Benar-benar salah sangka. Saya hanya perlu memahami bahwa begitulah cara penulis yang satu itu ini memeluk cintanya dalam aksara, lalu membahagiakan sang putri dengan menjadi pahlawan nan gagah berani.

Buku ini, kata Azhar, adalah sebuah memoar. Tentang cinta dan segala perlawanan yang harus dilakukan untuk menjadikannya berakhir indah. Buku ini penuh dengan prosa kaya diksi yang menceritakan segala yang penulis rasakan terhadap pujaan hati, yang kemudian menjadi istri. Saya belajar banyak hal dari pengalaman beliau dan istri meski usia pernikahan mereka masih seumur jagung. Tentang Mas Azhar yang begitu nyastra, tapi sang istri justru tak begitu minat dengan puisi dan segala keriuhan tulisan suaminya. Haha. Begitulah cinta, saling melengkapi. Tak harus sama hobinya, yang penting sama tujuannya. #eaaa

Setelah membaca buku ini, saya menyadari. Bahwa untuk membaca buku yang bagus itu, tak harus menyiapkan tisu penyeka air mata. Selesai baca buku ini, tiba-tiba saya bahagia, seolah ikut merasakan kebahagiaan penulis yang sedang merayakan cinta. Tak ada setetespun air mata. Yang ada hanya helaan napas panjang pada halaman-halaman terakhir yang begitu menyentuh.

Berulang kali penulis buku ini berkata, menulis baginya adalah terapi. Dan saya selalu setuju dengan pernyataan ini. That's why I enjoy writing on this blog, meskipun pengunjungnya 98% saya sendiri, dan 2% nya orang nyasar yang disesatkan om gugel. Kamukah? Haha.

Jika boleh saya berprosa sedikit.

Bagi seorang wanita, mencintai adalah perkara sederhana. Siapapun kelak yang akan datang dan menjadi pangerannya, ia akan mencintai sepenuh jiwa. Sebab bagi wanita, mencintai itu hanya soal menumbuhkan cinta. Dan ia akan sukarela menumbuhkan cinta bagi siapapun yang menanam benih surga dalam jiwanya. #Azek #NgomongOpo #AkhirnyaMoveOnJuga #Alhamdulillah


siapakah yang akan mengisi kursi di hadapan? #eaaa

Yang bakal menumbuhkan cinta,



Ida Mayasari

Komentar

Postingan Populer