Langsung ke konten utama

Unggulan

Punya Anak

Well, meskipun aku (merasa) sudah siap untuk punya anak bahkan sejak sebelum menikah, agaknya gamang juga ketika sekarang sedang mengandung janin 9 minggu. Sampai beberapa hari yang lalu. Aku nangis sesegukan karena teringat sama salah satu jama'ah masjid yang sekarang hidup sendiri pasca suaminya meninggal dunia dan mereka tidak memiliki anak. Walau tetap Allah jua lah yang menakdirkan kita diamanahkan anak atau tidak, tapi perasaanku melihat para janda yang tinggal seorang diri ini jadi kalut. Pasti sepi. Sendiri. Butuh teman. Aku yang juga dulu pernah punya tetangga dekat yang sama persis kondisinya dengan si ibu. Jadi, tahu persis bagaimana keseharian mereka. Sejak saat itu, aku sadar bahwa punya anak itu karunia yang sangat besar dari Allah. Pantaslah memang anak ini disebut sebagai qurrata a'yun (penyejuk mata) bagi orang tuanya. Investasi akhirat. Setidaknya, ada yang bisa dihubungi kalau kita kesepian di masa tua nanti. Makin degdegan menuju HPL 27 Oktober

Milad ke-7 Blogida

Dulu saya suka nulis diary. Saya tipe anak buku harian gitu. Tapi sejak SMA kelas 1, saya udah mulai melek internet, dan pindahin diary-nya ke blog. Maka, November 2009 (lupa tanggalnya) saya buat blog ini. Bulan ini tepatlah 7 tahun saya tinggal di blog ini. Happy 7th birthday my blog! Kalo ibarat bayi, mungkin sekarang kamu (blog) udah masuk SD. Hahaha.

Kalo saya nostalgia dari mulai nulis blog dulu, aduh rasanya malu sekaligus haru. Malu karena dulu (sampe sekarang) saya suka ngomongin hal ga penting, garing, dan gaje. Haru karena banyak hal yang udah terjadi pada saya. Perubahan signifikan dari dunia jahiliyah anak SMA, ke cahaya terang benderang insya Allah.

Terlepas dari apapun itu, inilah isi dunia yang saya mau bagikan. Masih banyak hal luar biasa lain yang saya tidak tulis disini. Saya nulis apa yang saya suka, apa yang buat hati saya senang dan tenang.



Kalau ada pertanyaan, kenapa sih saya suka nulis?

Maka saya akan jawab,
Sebuah teko berisi air itu harus dialirkan ke gelas-gelas kosong. Begitu juga dengan kita. Setelah diisi banyak pengetahuan dan pengalaman dari membaca maupun mendengar, baiknya kita bagi ke orang lain dengan menulis atau berbicara. Dan saya, lebih suka menuangkan isi hati dan kepala melalui tulisan. 

Menurut beberapa situs tes personality MBTI, saya adalah seorang ENTP (saat ini. Bisa aja suatu saat berubah). Extrovert, Intuition, Thinking, Perchieving. Penjelasan lebih jelasnya tentang tipe ini dan tipe-tipe lainnya baca sendiri di situs-situs personality ya.

Tipe extrovert seperti saya ini ga bisa diem kalo di dunia nyata. Pengennya ngomong ke semua orang. Pengennya share semua yang ada di kepala saya. Serius. Dan di dunia maya, saya juga tipe yang ga bisa diam, makanya saya nulis blog.

Menulis bagi saya bukan sebuah tempat membuka kesalahan, keburukan, dan aib.

Menulis bagi saya bukan ajang unjuk kebanggaan dan kekuatan supaya dipandang luar biasa.

Menulis bagi saya bukan untuk dipahami atau untuk mengesankan orang lain yang membacanya.

Menulis bagi saya bukan untuk mencari kepopuleran untuk sesuatu berujung materi tak ternafikan.

Menulis bagi saya adalah reminder bagi diri saya sendiri. Pengingat bahwa saya pernah dalam posisi ini. Penguat jika kelak saya jatuh. Dan ini terbukti ampuh. Saya pernah suatu hari galau sekaligus sedih. Kemudian saya buka blog, baca cerita-cerita yang saya tulis waktu SMA. Lalu saya ketawa-ketiwi sendiri. Saya sadar bahwa masa bahagia saya lebih banyak daripada masa galau dan sedih. Then, I'm glad again.

Menulis bagi saya adalah sebuah terapi menuju perbaikan diri. Terapi bagi hati saya yang banyak nodanya. Terapi bagi kebiasan-kebiasaan buruk yang saya kerjakan dan ingin saya tinggalkan.

Menulis bagi saya adalah sebuah perjuangan... Menuliskan mimpi dan perjuangan itu sendiri membuat hati saya tenang. Saya telah menggoreskan keabadian dalam sebuah tulisan. Kelak ketika saya sukses, saya akan lihat goresan perjuangan dari blog ini.

Jadi, jangan harapkan tulisan saya di blog ini atau dimanapun akan selalu mengesankan. Jangan heran jika banyak tulisan saya yang menggantung tanpa kesimpulan.

Maka, tolong maafkan saya yang terlalu berlebihan atau orang bilang "alay". Maafkan saya yang sengaja atau tidak, seperti membuka kesalahan, aib, atau terkesan membanggakan diri sendiri. Saya juga manusia biasa. Maafkan saya yang mungkin salah dalam setiap kata yang pernah tercurahkan.

Ambillah hikmah dari apa yang saya tuliskan, dan buang keburukannya.

The last, terima kasih Blogida (udah berpuluh kali ganti nama) yang telah menemani masa remaja saya hingga sekarang (berasa masih remaja, wkwk). And, terima kasih juga untuk para pengunjung blog ini dari 7 tahun lalu sampai sekarang ini. Saya kangen temen-temen SMA yang selalu nanya, "Gimana buat template-nya, itu tuh siapa sih yang diceritain di blog, musik blognya bagus." Saya kangen masa dimana nama saya mendadak jadi (sedikit) populer di kalangan anak-anak kelas 1 karena guru komputer kita, Pak Sanggum, ceritain tentang blog saya di hadapan temen-temen kelas lain. Saya kangen semua cerita lucu masa SMA yang gila dan liar (efek penggemar buku Raditya Dika dulunya). Saya kangen masa dimana saya ngerasain nikmatnya lingkaran cinta bersama teman-teman kuliah. Saya kangen masa ketika saya ragu untuk melangkah ke jalan dakwah, tapi saya nyaman ada di atasnya. Saya kangen puisi-puisi dan prosa yang menggantung tanpa simpul yang jelas (dan orang yang baca menebak-nebak apa maksudnya). Saya kangen masa dimana saya sibuk kuliah dan organisasi sampai aturan yang selama bertahun-tahun saya taati, yaitu "minimal 1 postingan per bulan", akhirnya saya langgar. Saya kangen semester sembilan yang sebentar lagi berakhir dan orang-orang sibuk nanyain, "Kapan wisuda, da?". Saya kangen semua yang berbau blog ini. Saya kangen kamu. #Eh #NgomongOpo

Barakallah fil milad, Blogida.

The last (iya, janji ini beneran yang terakhir), saya suka quote ini :

“Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.” (Pramoedya Ananta Toer)

“Ajarkanlah sastra pada anak-anakmu, agar anak pengecut jadi pemberani” (Umar Bin Khattab)



Semangat menulis,



Cuma penulis blog biasa
Ida Mayasari

Komentar

Postingan Populer