Langsung ke konten utama

Unggulan

Punya Anak

Well, meskipun aku (merasa) sudah siap untuk punya anak bahkan sejak sebelum menikah, agaknya gamang juga ketika sekarang sedang mengandung janin 9 minggu. Sampai beberapa hari yang lalu. Aku nangis sesegukan karena teringat sama salah satu jama'ah masjid yang sekarang hidup sendiri pasca suaminya meninggal dunia dan mereka tidak memiliki anak. Walau tetap Allah jua lah yang menakdirkan kita diamanahkan anak atau tidak, tapi perasaanku melihat para janda yang tinggal seorang diri ini jadi kalut. Pasti sepi. Sendiri. Butuh teman. Aku yang juga dulu pernah punya tetangga dekat yang sama persis kondisinya dengan si ibu. Jadi, tahu persis bagaimana keseharian mereka. Sejak saat itu, aku sadar bahwa punya anak itu karunia yang sangat besar dari Allah. Pantaslah memang anak ini disebut sebagai qurrata a'yun (penyejuk mata) bagi orang tuanya. Investasi akhirat. Setidaknya, ada yang bisa dihubungi kalau kita kesepian di masa tua nanti. Makin degdegan menuju HPL 27 Oktober

Infus dan Operasi Pertama Kali (2)

Terlalu banyak episode yang harus saya lanjutkan ceritanya.  Hari ini, giliran cerita yang satu ini.

Jadi, setelah kejadian yang saya ceritakan di tulisan Infus dan Operasi Pertama Kali, dokter nyuruh supaya seminggu abis lebaran saya kontrol ke beliau. Tapi, apalah daya, seminggu setelah lebaran saya masih asyik menikmati liburan di kampung halaman. Jadilah saya kena batunya. 

Anyway, selain karena masih nyaman berlebaran, sejujurnya saya males ditarik jahitannya. Sakit. Mungkin karena sehari sebelum balik ke kampung, jahitan di hidung saya dibuka paksa jadinya sakit. Ditambah lagi, jarak rumah dengan rumah sakit yang cukup jauh, juga dokternya buka praktek di RS hanya jam 7 malam membuat saya uring-uringan check up kembali.

Hingga akhirnya, kengeyelan saya berbuah pahit. Luka di bibir bawah yang ndak dijahit (luka dalam) tiba-tiba membengkak, dan tumbuh seperti daging. Awalnya kecil, lama-kelamaan membesar. Duh, makin takut deh saya buat ketemu dokter. Sampai akhirnya, 2 atau 3 bulan (saya lupa) setelah operasi, niat saya udah bulet buat ketemu beliau. Soalnya itu 'daging' udah mulai mengganggu. Belum lagi setiap ketemu orang, pasti nanya "itu kenapa bibirnya, Da?". Pertanyaan itu tuh sukses menghancurkan mood saya. Kepikiran juga mau saya potong pake pisau silet. Tapi, saya ga ada ilmu titisan dari mbah Limbad. Ntar jadi makin nyusahin. Wkwk. Nah, setelah ketemu, pak dokter bilang gini,

"Kamu udah saya bilang seminggu setelah lebaran ke sini, tapi ga dateng. Nih, jadi begini kan."
"Hehehe. Iya, Dok."
"Ini udah gede gini, ga bisa lagi disembuhin pake obat. Harus dioperasi lagi."
"Operasi lagi?"
"Iya. Saya mau ngomong dulu ke orang tua kamu. Nih kartu nama saya. Suruh orang tua kamu hubungi saya, ya."
"Ok, Dok." *wajah pias*

Jadi, esoknya Bapak hubungi Pak Dokter. Lalu Bapak hubungi saya. Katanya operasinya cuma operasi kecil. Biayanya 1,5 juta. Ya Allah... Awak nyusahin ortu aja. Kata Bapak, Bapak udah siapin uangnya. Tinggal nunggu kesiapan saya kapan mau operasi. 

Ini kejadiannya sama kayak gigi geraham bungsu yang juga saat itu jerit-jerit minta dioperasi dengan biaya 800 ribu per gigi. Akhirnya, saya yang kala itu agak risih sekaligus mulai terbiasa dengan 'daging' kecil yang tumbuh dalam bibir itu, memutuskan untuk mikir-mikir dulu. Ntaran aja deh operasinya. Ditahan aja dulu yang ngeganjel ini. Siapa tau bisa kempes sendiri, baik sendiri. Penyakit yang Allah kasih kan pasti ada penawarnya. Saya do'a aja biar Allah yang sembuhin.

Eh, ba'da kejadian itu. Masya Allah deh. Kayak magic. Lama kelamaan itu daging kempes. Mamak juga sampai keheranan ketika nanya lewat telepon. 

"Gimana daging tumbuhnya itu?"
"Udah mulai kempes, Mak."
"Ah masa?"
"Iya."
"Ah ga percaya Mamak."
"Ih, iya loh, Mak. Lama lama kempes dianya. Tinggal dikit lagi nih."
"Oh yaudalah, alhamdulillah. Ga jadi operasi."
"Hehe iya, alhamdulillah."

Dan untuk kesekian kalinya, Allah tunjukkan magic-nya. Alhamdulillah. Masya Allah. La haula wala quwwata illa billah. Allah emang hebat. Kayak kata Ustad Yusuf Mansur yang saya tonton videonya tadi malem.

"Bukan Allah, kalau cermin, pecah, terus jadi utuh lagi kayak sedia kala. Itu belum Allah. Kalau cermin, pecah, lalu pecahan-pecahannya nyebar entah kemana-mana, terus nyatu lagi jadi utuh. Itu baru Allah."

Ah, Allah emang keren.
kurang dari 2 bulan setelah operasi, maen ke gunung sibayak



Salam Semangat, Readers :)


Ida Mayasari

Komentar

Postingan Populer