Langsung ke konten utama

Unggulan

Punya Anak

Well, meskipun aku (merasa) sudah siap untuk punya anak bahkan sejak sebelum menikah, agaknya gamang juga ketika sekarang sedang mengandung janin 9 minggu. Sampai beberapa hari yang lalu. Aku nangis sesegukan karena teringat sama salah satu jama'ah masjid yang sekarang hidup sendiri pasca suaminya meninggal dunia dan mereka tidak memiliki anak. Walau tetap Allah jua lah yang menakdirkan kita diamanahkan anak atau tidak, tapi perasaanku melihat para janda yang tinggal seorang diri ini jadi kalut. Pasti sepi. Sendiri. Butuh teman. Aku yang juga dulu pernah punya tetangga dekat yang sama persis kondisinya dengan si ibu. Jadi, tahu persis bagaimana keseharian mereka. Sejak saat itu, aku sadar bahwa punya anak itu karunia yang sangat besar dari Allah. Pantaslah memang anak ini disebut sebagai qurrata a'yun (penyejuk mata) bagi orang tuanya. Investasi akhirat. Setidaknya, ada yang bisa dihubungi kalau kita kesepian di masa tua nanti. Makin degdegan menuju HPL 27 Oktober

Sebuah Perjalanan (5)


Lanjutan 15 Februari 2014

Masih di Madinah. Setelah jalan-jalan di beberapa tempat wisata di kota para nabi ini, kami kembali ke hotel. Ohya, mau tau gimana view kota Madinah dari jendela hotel lantai 8? 



Yah, berat rasanya meninggalkan Madinah yang penuh ketenangan ini. Ingin rasanya berlama-lama di sini. For me, this is the most recommended place (exclude Indonesia) to spend the second childhood together. #eaaaa

Oke, selesai packing kami check out dari hotel. Oya, semua anggota rombongan harus udah pakai pakaian ihram, karena di tengah jalan nanti kita mau niat umroh di Bir Ali, dan sampai Mekah harus umroh. Then, let's cus to Makkah! Kita naik bus ke Mekah. Kata emak, perjalanan Madinah-Mekah menghabiskan waktu sekitar 4-5 jam.

Kami lalu singgah sebentar di Bir Ali. Sholat 2 rakaat, lalu berniat ihram dan melanjutkan perjalanan ke Mekah.


Tiba di Mekah

Kalau saya tidak salah, saat itu kami tiba di Mekah selepas Maghrib. Di Mekah, kami menginap di sebuah motel yang jelas tidak sebesar yang di Madinah, namun Alhamdulillah cukup dekat dengan Masjidil Haram. Motel ini kecil, tapi ada beberapa lantai. Kalau saya tak salah ada 8 lantai, dengan dilengkapi elevator yang hanya muat beberapa orang untuk sekali angkut. Saya lagi-lagi sekamar dengan Mamak dan Ida juga mamaknya Ida. Yes, we're twin from different parent! LOL

Selepas isya', lalu kami segera ke Masjidil Haram melaksanakan tawaf, sa'i, dan tahallul. It was the first time I saw the ka'bah. Masya Allah... so beautiful. And I feel saya ga ada apa-apanya disini. Di sini semua orang berebut perhatian-Mu, wahai Allah. Sedang hamba ini masih saja begitu congkak tak segera memenuhi panggilanmu tepat waktu lima kali sehari. 

taken by Mukhlida

Kami mengelilingi ka'bah dengan perasaan mengharu biru, meski berdesak-desakan, kadang sikut kanan sikut kiri, kaki terinjak, those weren't the matter. Selesai tawaf dan sholat di maqam Nabi Ibrahim, kami lalu lanjut ke tempat sa'i. Dan kami memilih di lantai 1. It was so crowded, too. Ada yang berjalan santai, ada yang berlari-lari kecil, ada juga yang lari cukup kencang. bersemangat sekali. Anyway, di tempat sa'i ada juga disediakan spot untuk drinking-water. Remember, drinking-water. Cause I have a ridiculus moment about this one later.

taken by Mukhlida
fyi, I seldom took picture there
Ba'da sa'i, kami lalu melaksanakan tahallul atau menggunting rambut. And selesai sudah umroh yang pertama, alhamdulillah. Kami berencana untuk melaksanakan umroh kedua secara mandiri tanpa ustadz pendamping hidup besok atau lusa. Semangat!

16 Februari 2016

Sebenarnya, kemarin kita selesai umroh sudah lewat tengah malam. Jadi ini subuhnya di masjid. Ini pertama kalinya sholat secara berjama'ah di Masjidil Haram. Kita kesusahan cari tempat sholat karena rada maksa mau deket sama ka'bah dan lewat pintu utama (King Abdul Aziz). Finally, sholatlah kami dengan sempit dan panas karena di bawah tanah. Yes, di bawah tanah.

Selesai subuh, kita pulang ke penginapan. And the air of Makkah was sooooo fresh di Subuh hari. Karena ini masih musim dingin, meski di akhir-akhir, jadi ga panas. 

taken by me,
dari jendela kamar penginapan

Oiya, masih ingat penyakit gatal-gatalku? Yeah, masih saja kambuh setelah tiba di Mekah. Hingga akhirnya, kami membeli obat gatal berbentuk salep di apotik Mekah. Harganya cukup mahal memang, tapi jauh lebih ampuh dibanding obat tablet yang pernah dibeli Bapak di Madinah. And you know, I tried to speak english there when buy the medicines, but the pharmasist didn't understand what I mean. Then I showed my hand skin with bercak merah alergi, and finally he understood. Alhamdulillah.

Sarapan di penginapan, hmm so delicious, no more rempah-rempah flava. Yang masak kalo saya ga salah itu orang Madura. Menunya tiap hari beda-beda dan beragam. Seringnya sih ayam, karena ikan susah didapat disana. Atau pernah sekali salah satu menunya mie instan. Sesederhana apapun menunya, kalau makannya bareng, jadi terasa nikmat. #eaaa

Siap mandi, aku, Bapak, dan Mamak jalan-jalan ke pasar di sekitar penginapan. Ceritanya blusukan gitu. Saya berulang kali nanya, "Mau kemana sih kita, Pak? Kok kayaknya dari tadi jalan ga berhenti-berhenti?". Dan Bapak selalu jawab, "Udah ikut aja". Oke, I gave up.

Sampai akhirnya setelah muter-muter cukup lama hampir sejam (ceritanya tersesat), tibalah kami bertiga di sebuah rumah makan di antara deretan ruko. Yang jualan orang Arab. Yang dijual sejenis roti kayak kue cane tapi ukurannya besar, disertai kari kambing atau ayam. Dan Bapak beli banyak. Katanya, ini makanan favorit Bapak dan Mamak kalo ke Mekah. 

Dzuhur pun tiba, kita kembali ke masjid. Kali ini aku-Mamak dan kembaranku-Mamaknya memutuskan untuk tak lagi sholat di bawah tanah. Kami masuk melalui pintu 8 (if I'm not wrong), dan as usual tas diperiksa sama petugasnya. Oya, kalau ke masjid, sendalnya dibawa aja ke dalem masjid dan ditaroh plastik terus simpan di tas biar ga hilang. Hehe. Dan ternyata, di bagian masjid yang di sini itu, luaaaas, banyak ruang kosongnya, dan AC-nya dingin. Pokoke nyaman tenan. Huehehehe.

the beautiful ornament of Masjidil Haram

biasanya, yang pake mukenah itu dari Indonesia atau Malaysia
read the mushaf
Jadi, hari ini kita habisin dengan ibadah aja di Masjidil Haram.

Btw, sampai sini dulu ya. Udah capek ngetiknya, hehe. Maafkeun untuk english campur sari yang belibet. Nantikan lanjutan ceritanya di postingan selanjutnya! >.<



Salam Semangat, Readers :)


Ida Mayasari

Komentar

Postingan Populer