Langsung ke konten utama

Unggulan

Punya Anak

Well, meskipun aku (merasa) sudah siap untuk punya anak bahkan sejak sebelum menikah, agaknya gamang juga ketika sekarang sedang mengandung janin 9 minggu. Sampai beberapa hari yang lalu. Aku nangis sesegukan karena teringat sama salah satu jama'ah masjid yang sekarang hidup sendiri pasca suaminya meninggal dunia dan mereka tidak memiliki anak. Walau tetap Allah jua lah yang menakdirkan kita diamanahkan anak atau tidak, tapi perasaanku melihat para janda yang tinggal seorang diri ini jadi kalut. Pasti sepi. Sendiri. Butuh teman. Aku yang juga dulu pernah punya tetangga dekat yang sama persis kondisinya dengan si ibu. Jadi, tahu persis bagaimana keseharian mereka. Sejak saat itu, aku sadar bahwa punya anak itu karunia yang sangat besar dari Allah. Pantaslah memang anak ini disebut sebagai qurrata a'yun (penyejuk mata) bagi orang tuanya. Investasi akhirat. Setidaknya, ada yang bisa dihubungi kalau kita kesepian di masa tua nanti. Makin degdegan menuju HPL 27 Oktober

Ketika Mas Gagah Pergi, Sebuah Perjuangan Tanpa Henti

Penantian saya tercapai sudah. Akhirnya film yang saya nantikan berhasil tembus bioskop dan mulai tayang. Mungkin saya sendiri tidak ada apa-apanya dalam penantian ini jika dibandingkan banyaknya netizen yang menanti film ini sejak Helvy Tiana Rosa, penulis legendaris tanah air, melahirkan ide ceritanya lebih dari 20 tahun yang lalu.

Film ini diangkat dari sebuah karya sastra dengan judul yang sama. Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP) pertama kali terbit di majalah Annida sebagai cerita pendek pada tahun 1993. Ada sebuah kisah unik sebelum KMGP diterbitkan secara umum di majalah Annida. KMGP sebenarnya adalah cerita pendek yang dibuat oleh Bunda Helvy untuk memenuhi tugas kuliah beliau pada tahun 1992. Di luar dugaan, KMGP membuat dosen pengampu mata kuliah tersebut sangat terkesan. Hingga beliau tak ragu memberikan nilai terbaik.

KMGP berkisah tentang seorang gadis tomboy bernama Gita yang sangat bangga memiliki seorang kakak laki-laki bernama Gagah. Gagah memiliki wajah yang tampan, otak yang cerdas, dan tingkah laku yang baik. Bagi Gita, Mas Gagah adalah sosok kakak idaman. Hingga akhirnya, suatu ketika Gagah harus pergi ke luar daerah untuk melakukan penelitian bagi tugas perkuliahannya. Sepulang dari sana, ada sesuatu yang berubah dari Gagah. Sesuatu yang Gita belum bisa menerimanya. Gagah yang dulunya seorang model yang suka nongki-nongki canchi bersama Gita, kini lebih memilih untuk banyak membaca buku dan Al-Qur’an, mengikuti pengajian dan aktivitas sosial. Bahkan, semua lagu dan musik rock yang biasa didengar olehnya dan Gita, kini diganti menjadi lagu-lagu nasyid. Perubahan Mas Gagah ini membuat si tomboy Gita kesal dan menganggap bahwa Mas Gagahnya yang dahulu ia banggakan telah ‘pergi’. Di sisi lain, Gita juga bertemu seorang wanita muslimah bernama Nadia yang berjilbab sejak ia kuliah di Amerika, dan bertemu dengan sosok Yudi secara tak sengaja dan dalam waktu yang berkali-kali. Yudi adalah seorang pemuda yang suka berdakwah on the street di bis-bis kota. Sosok Yudi mengingatkan Gita pada Mas Gagah ‘baru’ yang tak bosan memberikan nasihat dan ceramah padanya. Kisah mereka kemudian bergulir penuh lika-liku.

sumber gambar : koko-nata.net

Cerita pendek ini dibuat menjadi sebuah buku dan diterbitkan pada tahun 1997. Sejak awal penerbitan, KMGP meraup kesuksesan besar. Sejak pertama terbit hingga tahun 2015, tercatat bukunya sudah diterbitkan ulang sebanyak 46 kali. Dalam buku KMGP terbaru, tidak hanya terdapat cerita tentang Mas Gagah saja, tapi juga terdapat cerita-cerita pendek lain karya Helvy Tiana Rosa yang karakter dan ‘ruh’ dari tiap sosok dalam ceritanya hampir sama dengan Mas Gagah.

Sejak tahun 2003, Bunda Helvy bersama tim memulai penggarapan film ini dengan mencari sosok pemeran Mas Gagah yang tidak hanya cakep dan cakap berakting, namun juga bisa menjadi teladan bagi para anak-anak muda Indonesia. Namun, perjuangan tidak selalu mulus. Hingga tahun 2014, Bunda Helvy belum juga menemukan sosok Mas Gagah dunia nyata yang sesuai dengan karakter dalam buku. Jika dipikir, sebelas tahun bukanlah waktu yang singkat hanya untuk menemukan pemeran untuk sebuah film.

Berbagai rumah produksi juga telah melirik KMGP dan menawarkan kepada Bunda Helvy untuk menggarap KMGP. Hanya saja, berbagai rumah produksi ini ingin menambah atau mengurangi isi dari cerita KMGP tersebut untuk kepentingan komersil. Hal ini tentu ditolak oleh Bunda Helvy. KMGP the movie harus sama isi dan ‘ruh’-nya seperti bukunya, sehingga nilai-nilai yang ada di buku dapat tersampaikan juga di filmnya. Hingga pada akhirnya, Bunda Helvy bersama teman-teman yang menamai diri Sahabat Mas Gagah memutuskan untuk menggalang dana secara mandiri untuk penggarapan film ini. Maka, dimulailah debut crowdfunding (patungan) untuk pembuatan film KMGP. Semua orang boleh menyumbang, siapapun dia, dan berapapun nominalnya.

Kisah haru juga terjadi dalam masa crowdfunding ini. Seorang pemuda yang berprofesi sebagai seorang tukang sampah, suatu ketika menemui Bunda Helvy dalam sebuah acara bedah buku KMGP. Pemuda ini menyerahkan uang sebanyak Rp 50.000 dalam pecahan puluh ribuan seraya berujar,
Saya turut bahagia, Bun, kalau ada uang lima puluh ribu saya di film itu.
Saya menangis haru setiap menonton kisah ini dalam sebuah video yang diupload Bunda Helvy dalam akun Youtube beliau.

Dengan memberikan donasi untuk KMGP, kita tidak hanya membantu untuk tercapainya film ini ke layar nyata, namun juga memberikan banyak manfaat lain seperti menyumbangkan pohon untuk ditanam (setiap Rp 50.000 yang disumbangkan mewakili 1 pohon yang ditanam atas nama yang menyumbangkan), membantu meningkatkan literasi bagi anak negeri khususnya di Indonesia Timur, dan membantu anak-anak Palestina. Semakin banyak kita memberi, maka semakin banyak pula kita menerima. Ya kan, Sob?

Selama lebih dari 20 tahun ini, KMGP telah dibaca banyak orang. Tak hanya dibaca, namun juga mengubah banyak orang. Mengubah perspektif kita tentang islam. Bahwa sebenarnya, islam itu indah, islam itu cinta. Bahwa sebenarnya, dakwah itu bisa dilakukan di mana saja, oleh siapa saja, karena dakwah adalah kewajiban kita semua.

KMGP telah memberikan warna baru bagi dunia sastra Indonesia, juga warna baru bagi orang-orang yang membacanya. KMGP seolah bisa menularkan ‘ruh’ baiknya kepada siapapun yang membacanya. Ruh yang bukan hanya menggerakkan hati, namun mampu menggerakkan anggota badan untuk berbenah diri dan tak ragu memulai langkah baru untuk menjadi seseorang yang lebih baik. Tak hanya nilai religius saja yang terdapat dalam KMGP. Namun, banyak nilai sosial kemanusiaan yang tersampaikan dengan sangat apik, mengena, tanpa terkesan menggurui. Hal ini salah satu yang membuat KMGP bisa dengan mudah diterima oleh banyak pihak.

Hingga pada proses casting, banyak sekali orang yang berminat untuk ambil bagian dalam film ini, termasuk para artis-artis tanah air yang wajahnya tak asing lagi di layar kaca. Tercatat terdapat lebih dari 30 artis yang menjadi cameo dalam film KMGP, di antaranya Epi Kusnandar, Wulan Guritno, Nungki Kusumastuti, Mathias Muchus, Cholidi Asadil Alam, Mentari De Marelle, Miller Khan, Abdurrahim Arsyad (Abdur), Virzha Idol, Ustadz Salim A. Fillah, Arbain Yasiz, Ali Syakieb, Randy Martin, Joshua Suherman, Shireen Sungkar, Fendy Chow, Elma Agustin, Asma Nadia, Irfan Hakim, Aurelie Moeremans, Joy Octaviano, Hadijah Shahab, Elovii Girl Band, Dwiki Dharmawan, Endy Arfian, Cemal Faruk Urhan, Chikita Fawzi, Maxime Bouttier, Kezia Karamoy, dan Farish Nahdi. Wah, langka sekali ada film Indonesia yang cameo-nya sebanyak ini, Sob!

Artis-artis yang tersebut di atas menemani 4 tokoh utama yang pada tahun 2015 akhirnya ditemukan oleh tim KMGP the movie. Empat tokoh tersebut adalah Hamas Syahid Izzudin sebagai Mas Gagah, Aquino Umar sebagai Gita, Masaji Wijayanto sebagai Yudi, dan Izzah Ajrina sebagai Nadia.

sumber gambar : rinatiana.wordpress.com

Pada 21 Januari 2016, film yang disutradarai oleh Firman Syah dan diproduseri oleh Bunda Helvy sendiri ini akhirnya berhasil membentangkan layarnya secara gagah di bioskop-bioskop tanah air. KMGP adalah film Indonesia pertama yang biaya produksinya dari dana crowdfunding. Perjuangan selama 20 tahun lebih ini, akhirnya terwujud juga. Hingga detik Sobat membaca tulisan ini, perjuangan ini masih harus terus diperjuangkan. Perjuangan menyebarkan kebaikan pada sesama. 

Pada film KMGP, nilai-nilai yang tersemat dalam bukunya tervisualisasikan secara nyata. Ditambah setting tempat yang begitu pas, sinematografi yang keren, juga alunan suara dan musik yang indah membuat film ini jadi film yang luar biasa, Sob. Ternyata di balik ke-keren-an film ini, ada tim di belakang layar yang juga luar biasa. Hampir semua crew KMGP pernah menyabet piala citra lho, Sob. Kurang keren apa lagi coba?

Film ini juga didukung oleh Aksi Cepat Tanggap, One Day One Juz, Forum Lingkar Pena, Wardah, Bulan Sabit Merah Indonesia, dan banyak sponsor lainnya.

Kamu tidak akan menyesal menonton film ini, meskipun kamu belum pernah baca bukunya. Karena ‘ruh’ dalam bukunya benar-benar pindah ke dalam film. Dan ketika kita menonton filmnya, maka ‘ruh’ itu akan pindah ke kita. Semangat dan perjuangan tokoh-tokoh dalam KMGP benar-benar akan membuat kita termotivasi.

Dan tahukah kamu, Sob?

Separuh dari keuntungan film ini akan disumbangkan untuk dana kemanusiaan. Tak cukup itu saja. Jika film ini berhasil tembus 1 juta penonton, maka akan ditambah dana 1 milyar untuk pendidikan anak-anak di Indonesia Timur, dan 1 milyar lagi untuk anak-anak di Palestina. Sob, film mana yang perjuangan dan pengabdiannya seluar biasa film ini? Jika kamu menonton, maka kamu menjadi bagian dari proyek kebaikan ini, Sob.

Ini salah satu kutipan di film KMGP yang menurut saya paling mengena di hati.
Jika kita tak setuju pada suatu kebaikan yang mungkin belum kita pahami, kita bisa coba untuk menghargainya. -Mas Gagah

Sebelum terlambat dan jika waktunya tiba lagi, ayo segera nonton film ini di bioskop dan temukan kejutan-kejutannya, Sob!

tiket saya nonton kemarin, Sob

bersama sahabat-sahabat
Icha (kiri), saya (tengah), Nanda (kanan)


Salam Semangat,

Ida Mayasari

Komentar

Postingan Populer