Langsung ke konten utama

Unggulan

Punya Anak

Well, meskipun aku (merasa) sudah siap untuk punya anak bahkan sejak sebelum menikah, agaknya gamang juga ketika sekarang sedang mengandung janin 9 minggu. Sampai beberapa hari yang lalu. Aku nangis sesegukan karena teringat sama salah satu jama'ah masjid yang sekarang hidup sendiri pasca suaminya meninggal dunia dan mereka tidak memiliki anak. Walau tetap Allah jua lah yang menakdirkan kita diamanahkan anak atau tidak, tapi perasaanku melihat para janda yang tinggal seorang diri ini jadi kalut. Pasti sepi. Sendiri. Butuh teman. Aku yang juga dulu pernah punya tetangga dekat yang sama persis kondisinya dengan si ibu. Jadi, tahu persis bagaimana keseharian mereka. Sejak saat itu, aku sadar bahwa punya anak itu karunia yang sangat besar dari Allah. Pantaslah memang anak ini disebut sebagai qurrata a'yun (penyejuk mata) bagi orang tuanya. Investasi akhirat. Setidaknya, ada yang bisa dihubungi kalau kita kesepian di masa tua nanti. Makin degdegan menuju HPL 27 Oktober

Untuk Rani


sumber : ikapd165.wordpress.com

Teruntuk adikku,
Rani Masyithah Pelle

Assalamu'alaikum...
Syukur tak terukur kepada Allah yang masih memberikan kita banyak kata untuk ditulis, masih memberikan kita banyak suara untuk didengar, dan masih memberikan nafas untuk dihembuskan. Semoga setiap sujud kita terbalaskan dengan ridho-Nya, ya Dik. Semoga setiap shalawat kita menjadi radar pertemuan kita dengan Rasulullah, sosok yang selalu kita coba teladani.

Kakak tahu ini bukan hari ulang tahunmu, Dik. Tapi memberi hadiah kan tak harus ketika hari ulang tahun saja. Hadiah ini sudah kakak persiapkan jauh hari sebelum hari ini kakak menyerahkannya padamu. Masih ingat Ramadhan kemarin? Tiba-tiba saja kakak memintamu untuk datang ke kampus di sela waktumu yang sibuk mempersiapkan diri untuk kembali ke kampung halamanmu di luar provinsi. Pukul 9 pagi kita janjian di “basecamp” tempat kita biasa berkumpul.

Tapi Allah punya skenario lain, Dik.
Maaf jika kakak yang belum jua tiba di tempat janjian, harus mengirim pesan padamu agar kau kembali ke rumah dengan tangan hampa, tanpa tahu apa alasannya kakak menyuruhmu datang dan pulang. Maaf, Dik. Tapi ketika itu Allah sedang memainkan ceritanya.

Malam sebelum kita janjian...
Kakak memesan hadiah ini ke seorang teman. Ketika kakak tahu kau akan pulang kampung esok, kakak meminta si teman untuk mengantar jilbabnya esok hari kurang dari jam 9, agar kakak sempat bertemu denganmu dan bisa menghadiahi ini sebelum kau berangkat.

Kami lalu bertemu. Selesai itu, kakak pergi ke kampus naik sepeda motor yang biasa kakak kendarai. Tentu saja untuk bertemu denganmu dan memenuhi janji lain di basecamp. Hingga ketika kakak hampir sampai, ketika baru melewati pintu 4, dan akan ke pintu 3, ada mobil putih yang menyenggol kakak dengan mulus. Ya, kakak terserempet mobil. Dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Ada bagian yang robek di dalam mulut kakak dan beberapa luka lecet di wajah dan tangan. Allah sedang memainkan skenarionya, Dik. Alhamdulillah kakak masih diselamatkan dan masih bisa menulis surat ini untukmu.

Pertemuan pertama denganmu tak pernah kakak bayangkan sebelumnya. Karena Allah benar-benar mampu menyimpan rahasia dengan hebatnya. Kita bertemu dalam lingkaran istimewa itu. Terima kasih karena sudah mau menjadi mentee dari pementor seperti kakak, yang begitu cerewet dan banyak cakap. Dan kini kau juga telah jadi pementor, Dik. Hebatnya dirimu. Terima kasih karena saat ini kau lah satu-satunya adik binaan kakak dahulu yang masih bersedia menemani kakak di bidang yang sekarang kita tekuni. Seseorang pernah berkata pada kakak bahwa kita mirip. Tentu saja bukan wajahnya, tapi tingkahnya, gayanya, pembawaanya, dan mungkin bandelnya :p

Tak ada yang bisa menjamin ke-istiqomah-an kita. Tak ada, Dik. Maka, mohon ingatkan dan tegur kakak jika nilai ke-istiqomah-an itu mulai luntur dari diri kakak, begitu juga kakak padamu. Maka, jika suatu hari nanti, ketika hari penghakiman telah datang, kau masuk ke dalam surga tapi tak melihat kakak, maka tolong pinta pada Allah untuk menarik kakak dari neraka agar bisa bersamamu dalam jannah-Nya.



Terima kasih, Rani.
Terimalah hadiah kecil ini untuk pengikat cinta kita.  :)

Wassalamu’alaikum.

Tertanda,
Kakak kelasmu yang banyak khilafnya



Ida Mayasari

Komentar

  1. Makasih banyak kak Idaaa, terharu baca blog kakak utk Rani, sampe nangis di kamar hiks ���� semoga kita selalu dalam lindungan-Nya, dalam penjagaan-Nya dr keburukan2 yg entah itu dr luar ataupun dr diri kita sendiri.
    Kakak udah Rani anggap kakak sendiri, teman, sahabat makanya sikap Rani kadang tanpa sadar ga sopan sama kakak, maaf kak. Ingatkan Rani juga kalo udah mulai futur yaa kak, selalu bimbing Rani.
    Gatau lagi mau bilang apa, makasih banyak kak, makasih udah jadi pementor pertama di kampus, makasih udah membimbing Rani hingga mengikuti jejak kakak yg jadi pementor saat ini. InsyaAllah Rani akan berusaha melakukan yg terbaik untuk dakwah kita ❤
    Ana uhibbukifillah ����

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin... ana uhibukki fillah juga, rani.. *bighug*

      Hapus

Posting Komentar

jangan sungkan untuk berkomentar ya :)

Postingan Populer