Langsung ke konten utama

Unggulan

Punya Anak

Well, meskipun aku (merasa) sudah siap untuk punya anak bahkan sejak sebelum menikah, agaknya gamang juga ketika sekarang sedang mengandung janin 9 minggu. Sampai beberapa hari yang lalu. Aku nangis sesegukan karena teringat sama salah satu jama'ah masjid yang sekarang hidup sendiri pasca suaminya meninggal dunia dan mereka tidak memiliki anak. Walau tetap Allah jua lah yang menakdirkan kita diamanahkan anak atau tidak, tapi perasaanku melihat para janda yang tinggal seorang diri ini jadi kalut. Pasti sepi. Sendiri. Butuh teman. Aku yang juga dulu pernah punya tetangga dekat yang sama persis kondisinya dengan si ibu. Jadi, tahu persis bagaimana keseharian mereka. Sejak saat itu, aku sadar bahwa punya anak itu karunia yang sangat besar dari Allah. Pantaslah memang anak ini disebut sebagai qurrata a'yun (penyejuk mata) bagi orang tuanya. Investasi akhirat. Setidaknya, ada yang bisa dihubungi kalau kita kesepian di masa tua nanti. Makin degdegan menuju HPL 27 Oktober

Sebuah Perjalanan


Perjalanan kali ini dimulai dari sebuah negara beribukota Muscat. Oman. Ini kali pertama aku keluar negeri. Setelah hari sebelumnya singgah sebentar saja di Kuala Lumpur International Airport. Rombongan travel kami tiba di Oman dini hari. Perjalanan 6 jam dari Kuala Lumpur benar-benar menguras tenaga. Meski disuguhi pelayanan yang sangat memuaskan, tetap saja badan ini tak bisa dipaksa. Rasanya ingin segera tidur terlentang di tempat tidur.

Di gerbang ketibaan, banyak lelaki Oman berpostur tubuh tinggi besar dan hitam menunggu. Semuanya lelaki. Pikirku, mungkin karena ini dini hari makanya tak ada wanita di sini. Kemudian  kami naik bis menuju hotel. Lampu-lampu kota berpijar lembut. Kota ini sepi sekali. Lagi lagi aku berpikir, mungkin karena ini dini hari. Lalu lintas di Oman sangat teratur. Walaupun tidak ada kendaraan lain yang berkendara, di setiap lampu merah bus kami pasti berhenti. Jangan dibandingkan dengan di Indonesia ya. Jangan.

Tiba di hotel, kami masih harus menunggu check in yang lumayan lama. Lalu dipersilakan masuk ke kamar masing-masing. Satu kamar untuk dua atau tiga orang. Tentu saja aku dengan ibuku. Kamar nomor 510. Ya, dapat. Masuk kamar, tak sabar aku ingin tidur. Tapi ternyata kantuk telah hilang. Karena kalau dihitung-hitung, saat itu di Indonesia sudah pukul 07.00 pagi. Ceritanya jetlag gitu lho. Hehe. Ditambah lagi suhu dikamar dingin sekali. Selimut ikut dingin. Jadi tak tahu harus menghangatkan diri dimana. Untunglah, air kamar mandi yang hangat bisa sedikit mengurangi kedinginan.

Usaha tidur, gagal.
Disini kami tak mendengar azan subuh. Ditunggu-tunggu, kenapa tak ada azan. Bukankah Oman adalah negara yang juga mayoritas berpenduduk muslim. Atau mungkin saja, wilayah hotel kami jauh dari masjid.

Pagi hari, sebelum sarapan, kami berjalan-jalan di sekitar hotel. Suhu masih terasa dingin. Mungkin karena aku saja yang tak terbiasa dihantam cuaca begini. Karena di Medan terbiasa dengan cuaca panas hampir setiap hari.
with Mom
Sarapan pagi ini disuguhi menu khas Oman campur Indonesia yang rasa rempah-rempahnya mendominasi. Mau tidak mau harus dimakan. Enak tidak enak harus dilahap. Haha. Selesai sarapan, mandi, berangkatlah kami ke beberapa tempat wisata di Oman. Dan subhanallah, indah sekali.
.
Alhamdulillah, segala puji bagi Engkau, wahai Allah, Kau pertemukan kami dengan negeri-Mu yang lain. Negeri Oman ini sungguh indah. Begitu sempurna lukisan-Mu, hingga kami tiada bisa berhenti berdecak kagum, menguntai tasbih akan Engkau. Harapan kami tentu saja semoga segala kebaikan dan keindahan negeri ini kelak bisa dilukiskan juga di negeri kami, Indonesia. (Muscat, 12 Februari 2013)

Salam Semangat, Readers :)


Ida Mayasari

Komentar

Postingan Populer