Langsung ke konten utama

Unggulan

Punya Anak

Well, meskipun aku (merasa) sudah siap untuk punya anak bahkan sejak sebelum menikah, agaknya gamang juga ketika sekarang sedang mengandung janin 9 minggu. Sampai beberapa hari yang lalu. Aku nangis sesegukan karena teringat sama salah satu jama'ah masjid yang sekarang hidup sendiri pasca suaminya meninggal dunia dan mereka tidak memiliki anak. Walau tetap Allah jua lah yang menakdirkan kita diamanahkan anak atau tidak, tapi perasaanku melihat para janda yang tinggal seorang diri ini jadi kalut. Pasti sepi. Sendiri. Butuh teman. Aku yang juga dulu pernah punya tetangga dekat yang sama persis kondisinya dengan si ibu. Jadi, tahu persis bagaimana keseharian mereka. Sejak saat itu, aku sadar bahwa punya anak itu karunia yang sangat besar dari Allah. Pantaslah memang anak ini disebut sebagai qurrata a'yun (penyejuk mata) bagi orang tuanya. Investasi akhirat. Setidaknya, ada yang bisa dihubungi kalau kita kesepian di masa tua nanti. Makin degdegan menuju HPL 27 Oktober

So What Gitu Loh?

Menjelang SNMPTN Tertulis atau sekarang namanya SBMPTN, saya mau cerita sedikit tentang pengalaman saya setahun lalu.

Dulu, waktu saya masih SMA kelas 2 atau kelas 3, mimpinya cuma satu. LULUS SNMPTN. Bisa masuk PTN. Udah itu aja. Jadi ketika mulai bimbel, kebetulan waktu itu saya bimbelnya di GO. Di ruang depannya,  ada satu papan besar yang di bingkai rapi. Isinya nama-nama siswa yang lulus SNMPTN. Waktu pertama kali ngeliat itu, saya dan teman-teman terkagum-kagum sambil berseru, "Wah, keren ya kakak-kakak ini namanya ada di sini."


Untuk membangkitkan semangat juang kami sebagai seorang siswa yang mendambakan PTN sebagai tempat kuliahnya, saya pun berkata, "Tahun depan, nama kita harus ada di papan ini ya." Dan teman-temanpun dengan semangat meng-aamiin-kan.

Berbulan-bulan kami berjuang. Try Out demi Try Out diikuti. Saat TO di GO, biasanya siswa diminta menuliskan nomor SNMPTN Undangannya, supaya GO bisa mengetahui kalau nantinya dia lulus atau tidak. Nah kebetulan waktu itu saya lupa nomornya. Ya sudah ga saya tulis deh. 

Hingga akhirnya, ketika pengumuman SNMPTN Undangan 2012, saya dinyatakan lulus. Bagaimana perasaan saya? Bahagia tentu saja. Apalagi teringat akan ikrar setahun lalu tentang nama di papan. Wah sepertinya akan jadi nyata ini.


Di saat teman-teman yang lain yang lulus SNMPTN Undangan sibuk datang ke Tata Usaha GO untuk melaporkan namanya dan tempat lulusnya dimana, saya malah tidak melakukannya. Antara rasa malas dan perasaan 'ah yasudahlah, orang-orang tak perlu tahu'. 


Saya tetap ikut bimbel. Hanya saja tidak mengikuti TO terakhir. Di TO terakhir ini siswa harus menuliskan nomor ujian SNMPTN Tertulisnya. Saya kan ndak punya. Karena saya ga daftar untuk SNMPTN Tertulis. 

Sebulan kemudian, saat pengumuman SNMPTN Tertulis, pihak GO menelepon orang tua saya dan menanyakan, apakah saya tidak ikut ujian SNMPTN, atau apakah saya tidak lulus. Entah apa yang dijawab oleh Bapak saya, saya juga tidak tahu kalau ditelepon. Intinya, GO tidak tahu saya ini lulus atau ga. Saya seperti lari saja dari bimbel tanpa meminta izin untuk keluar. Yah, memang begitu kenyatannya. Orang-orang tak perlu tahu tho saya ini lulus atau ga.

Dan sampai akhirnya, saya tak lagi memikirkan tentang nama di papan itu. Saya tak lagi peduli, mau nama saya ada di papan itu atau ga ada. Kalau nama saya ga ada di situ, so what gitu loh? Apa urusannya sama yang baca? Kalau ada juga, so what gitu loh? Ga ada untungnya sama saya juga kan? Toh temen saya yang ga ikut bimbel sama sekali bisa juga kok lulus. Dan yang ga lulus, juga enjoy-enjoy aja tuh. Bukan dimana kamu kuliah yang menentukan keberhasilanmu, tapi bagaimana kamu bisa bermanfaat dimanapun kamu berada.



Salam Semangat, Readers :)



Ida Mayasari

Komentar

Posting Komentar

jangan sungkan untuk berkomentar ya :)

Postingan Populer