Langsung ke konten utama

Unggulan

Punya Anak

Well, meskipun aku (merasa) sudah siap untuk punya anak bahkan sejak sebelum menikah, agaknya gamang juga ketika sekarang sedang mengandung janin 9 minggu. Sampai beberapa hari yang lalu. Aku nangis sesegukan karena teringat sama salah satu jama'ah masjid yang sekarang hidup sendiri pasca suaminya meninggal dunia dan mereka tidak memiliki anak. Walau tetap Allah jua lah yang menakdirkan kita diamanahkan anak atau tidak, tapi perasaanku melihat para janda yang tinggal seorang diri ini jadi kalut. Pasti sepi. Sendiri. Butuh teman. Aku yang juga dulu pernah punya tetangga dekat yang sama persis kondisinya dengan si ibu. Jadi, tahu persis bagaimana keseharian mereka. Sejak saat itu, aku sadar bahwa punya anak itu karunia yang sangat besar dari Allah. Pantaslah memang anak ini disebut sebagai qurrata a'yun (penyejuk mata) bagi orang tuanya. Investasi akhirat. Setidaknya, ada yang bisa dihubungi kalau kita kesepian di masa tua nanti. Makin degdegan menuju HPL 27 Oktober

Pesantren Kilat Ramadhan

Assalamu'alaikum. 

Apa kabar, Reader? Uda lama ya aku ga ngepost. Sebenernya banyak yang mau aku ceritain dari kemarin-kemarin. Tapi hal itu terpaksa aku urungkan karena loading modem yang super duper lelet. Nah, sekarang nih baru kesampean.

Kali ini aku mau cerita tentang pengalamanku mengikuti Pesantren Kilat Ramadhan (PKR) Dasar kemarin tanggal 22-26 Agustus. Huft. Melelahkan, menyenangkan, sarat hikmah dan pelajaran.

Jadi, begini ceritanya. Tanggal 22 kami pergi ke sekolah membawa segala peralatan yang dibutuhkan untuk sanlat. Panitia telah membuat daftar barang apa saja yang wajib dan dilarang dibawa. Walaupun begitu, kami ada juga yang melanggarnya.

Hari pertama dan kedua, kami merasa tertekan dan ingin secepatnya pulang. Kenapa? Setiap harinya kami tidur tidak lebih dari dua jam. Kami tidak mandi. Tidak boleh makan/minum makanan/minuman selain yang diberi oleh panitia. Tidak boleh membawa alat komunikasi apapun. Sedih rasanya.

Di tengah ketidakenakaan itu, kami menemukan banyak hikmah. Sebelumnya, aku akan menjelaskan bahwa kami dibagi menjadi 6 forum. Setiap forum terdiri dari 30-an peserta. Setiap forum memiliki 2 ketua yang disebut Palu dan Bulu. Palu (Pak Lurah) bertanggung jawab atas peserta putra. Bulu (Bu Lurah) bertanggung jawab atas peserta putri. Tanpa diduga, aku menjadi Bulu di forum 6. Berduet dengan Firza, juara 2 umum di sekolah kami, sebagai Palunya. Forum digunakan untuk kegiatan berbuka puasa, sahur, dan diskusi. Dan berikut ini beberapa hikmah yang bisa kupetik dari sanlat kemarin.
  
*kebersamaan
Sahur selalu kami lakukan bersama-sama. Apabila ada makanan yang tersisa di piring kami, kami semua, harus menghabiskannya sedikit demi sedikit. Selain itu, jika salah seorang ada yang makan tidak memakai sendok, maka yang lain juga harus tidak.

*kedisiplinan
Kami harus cepat-cepat mengambil wudhu di kamar mandi agar bisa mengikuti solat berjama'ah di aula. Harus cepat-cepat memakai baju olahraga sebelum senam pagi di lapangan. Harus cepat-cepat hadir di forum. Jika terlambat, maka kami akan mendapat sanksi. Selain itu, kami harus taati tata tertib yang sudah dibuat oleh kakak instruktur.

*keberanian
Motto dari sanlat kemarin adalah "berbicara adalah prestasi". Jadi, kami semua diharuskan untuk aktif memberikan pendapat dalam setiap kesempatan.

Di hari terakhir, diadain kegiatan yang namanya renungan suci. Di renungan suci ini, kami dipaksa buat inget semua kesalahan dan dosa-dosa yang sudah pernah kami lakukan. Lalu disumpah untuk tidak mengulanginya lagi. 

Yang unik di sanlat ini adalah salah satu kakak instrukturnya bisa baca pikiran. Jadi setiap dia masuk, kami deg-degan takut dibaca pikirannya. Hahaha. Sayangnya ga dibolehin bawa handphone waktu sanlat. Jadinya aku ga bisa liatin foto-fotonya ke Readers. Ntar aku cari deh dari panitianya. 

Oke deh, cukup sekian untuk hari ini. Aku belum punya planning buat ngikutin Pesantren Kilat Lanjutan. Hehe.

Wassalamu'alaikum.

Komentar

Posting Komentar

jangan sungkan untuk berkomentar ya :)

Postingan Populer